Tuesday, May 12, 2020

Untuk yang Sedang Kecewa

Di balik jendela dengan penerangan yang remang, wajah gadis itu masih nampak lesu, tatap matanya sendu. Tempo hari, ia masih memutuskan untuk menunggu. Padahal, janji-janji palsu itu hilir mudik menghiasi hari-hari, menikam rasa percaya, menyuburkan bibit-bibit dilema. Tempo hari, hatinya masih mempercayai, janji-janji itu kelak akan dibayar tuntas.
Kekuatan apa yang menjadikan gadis itu begitu percaya? Bahkan ketika mulut romantis si pembual janji itu kini sudah menjadi apatis. Tidak peduli barang seujung kukupun tentang bualan janji-janjinya sendiri. Entah, umpatan jenis apa yang pantas untuk lelaki tabiat begini.
Dan segalanya berubah hari ini, gadis itu tidak lagi mempedulikan janji-janji lelaki itu. Tidak perlu memberi tambahan waktu bagi laki-laki yang tidak pernah punya sikap. Selesai. Segalanya selesai hari ini.
Di balik jendela lain, laki-laki dengan tatapan nanar menatap jalanan. Kebingungan menyelesaikan situasi, menepati janji-janji yang ia tanam sendiri. Sedang keadaan sudah tidak lagi memungkinkan untuk menepati. Hari ini ia berencana menemui, berharap janji-janji itu bisa segera ia lunasi. Sebelum ia menyadari, bahwa yang diberi janji sudah anggap janji-janji itu mati, tidak lagi punyai arti.
Serangkaian salah paham kerap menjadi awal mula remuknya sebuah cerita. Banyak kehancurhan terjadi bukan karena ada yang mendua, bukan pula karena ada yang bosan, tetapi karena buruknya cara berkomunikasi.
Dari Prasetyani Estuning Asri, sobat ambyar yang punya cara berkomunikasi tidak baik

No comments:

Post a Comment