Thursday, August 5, 2021

Meredakan Gelisah

Pekan lalu, aku diberi tahu sebuah channel youtube yang cukup menarik oleh adikku, yang ternyata dari channel ini gelisahku perlahan reda dan bisa kembali merajut mimpi dengan mengikis perlahan ketakutan. Kubuka channel 'Lek Damis'. Isi kontennya sederhana, tentang kesehariannya hidup di desa daerah Cepu. Tapi rupanya, di situlan kekuatan channel ini:kesederhanaan. 

Perlahan aku mulai kecanduan, kembali menggali isi lebih dalam channel ini, memperhatikan konten demi konten. Entah bagaimana, instingku bicara akan ada pelajaran yang bisa kudapat dari channel ini. Konten-kontennya membuatku sesekali tertawa terbahak-bahak, sesekali takzim memperhatikan wejangan tentang kehidupan, sesekali ikut meneteskan air mata dengan cerita perjuangan yang menyesakkan, sesekali diingatkan tentang berbagi pada sesama. 

Rupanya, Lek Damis, ibu dengan 3 orang anak ini sungguh luar biasa pekerja keras. Anak sulungnya, Dimas Zaenal lebih dulu menggeluti dunia youtube, keterbatasan ekonomi di keluarganya tidak menghalanginya untuk berkarya. Lek Damisa dan suami mendukung penuh pilihan anaknya, restu orang tua tentu akan jadi jembatan kemudana anaknya mengejar cita. Hingga akhirnya Dimas viral, diundang ke Hitam Putih, bahkan perlahan kontennya makin variatif dan subscribernya terus bertambah. Perlahan-lahan, hasil dari youtubenya bisa untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Aku menggali lebih jauh konten dari channe anak dan ibu ini, dulu rumah mereka masih beralas tegel dan terbilang cukup sederhana, tetapi perlahan sekarang rumahnya sudah disulap lebih kinclong dan nyaman, bahkan keluarga ini akhirnya juga bisa membeli mobil hingga tanah. Tetapi, Lek Damis yang mengikuti jejak anaknya dengan jargon, "ajur jumm"  ini tidak serta merta jadi OKB yang kalap, ia tetap merendah, dengan penampilan sederhana, tidak gila harta dengan beli perhiasan atau barang-barang kesukaan perempuan pada umumnya. Beliau malah lebih fokus mengajak followersnya utuk berbagi, sebab harta yang dititipkan kepada kita sebagian ada hak orang lain, begitu pesannya. Beliau juga rajin mengajak tetangganya untuk membuat youtube agar bisa memperbaiki perekonomian keluarga,  masyaAllah. Sungguh inspiratif sekali. Dari channel yang terbilang sederhana ini, yang isi kontennya pada dasarnya adalah tentang keseharian kehidupan di desa tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil, pelajaran tentang bagaimana menjalani hidup dengan sebaik-sebaiknya. 

Rupanya, untuk mendapat motivasi dan pelajaran hidup, tidak melulu harus membaca atau melihat konten motivasi dengan kata mutiara yang puitis. Cerita yang ditampilkan apa adanya dengan tindakan-tidakan yang nyata justru bisa lebih merasuk dalam hati.  

Jangan gelisah ya, bagi yang masih berjuang untuk keberlangsungan masa depan. Lek Damis sudah tidak muda, tapi semangatnya masih jiwa muda, konsisten berupaya hingga bisa menemukan jalan kesuksesan.

Tidak semua orang akan sukses di usia muda, tapi bukan berarti orang tersebut tidak akan pernah bisa sukses. 

Terima kasih Lek Damis dan keluarga, sudah jadi pengingat untuk terus berjuang pada kami anak muda yang sering kali lebih banyak rebahannya. 

Thursday, July 1, 2021

Menelisik Hikmah

Pada hal-hal yang terjadi dengan kesan menyebalkan, rasa-rasanya segala hal membuat mengkal. Menggerutu setiap hari, "hidup kok gini amat yaaa, hmm."

Sampai pada akhrinya jadi capek sendiri. Barangkali, memang hidup terasa begini amat, tapi boleh lah jika diri ini tidak cuma begini-begini aja. Mulai rapikan perasaan, bersihkan kesal, jernihkan pikiran. Boleh dilakukan pelan-pelan, kan kita tidak sedang balapan. Kutuliskan ini bukan karena ingin menggurui kalian, tapi untuk catatan diriku sendiri pula agar segera mulai melakukan.
Setelahnya, mulai menelisik kejadian demi kejadian. Diri ini jadi mulai penasaran, "masa iya sih tidak ada hal baik yang bisa didapat?

Mulai menelaah satu demi satu kejadian, mencari celah hal mana yang kiranya bisa dijadikan pelajaran. Setelah sekian lama berkutat dengan pikiran diri sendiri, akhirnya celah itu terpecahkan. Benar, tidak ada yang sepuhnya menyebalkan, pun juga tidak ada yang sepenuhnya menyenangkan. Kebaikan itu sejatinya selalu mengintai dan seringkali beriringan dengan keburukan. Tergantung kita mau merengkuh yang mana, kebaikan atau keburukan.