Monday, November 4, 2013

Kobaran Semangat di Aula FP



Minggu, 3 November 2013
Dengan berat hati hari  Minggu kali ini kembali absen nonton Doraemon, tapi juga dengan riang hati berangkat ke kampus. Agenda bulan November yang kedua akan segera dicoret. Sebenarnya juga ada agenda silaturahmi bareng keluarga ke Ungaran, tapi aku absen demi agenda penting ini. Alhasil, aku berangkat kampus bareng bapak. Agak nyesek juga karena sebenarnya ini acara kumpul-kumpul, abangku juga sedang pulang. Tapi, agenda ini sudah aku catat jauh-jauh hari. Sulit untuk tiba-tiba dibatalkan begitu. Ya, inilah mungkin yang disebut dengan pengorbanan.
Pukul 06.40 wib aku sekeluarga berangkat.  Pagi ini jalanan cukup ramai, ya siapa yang tak menikamati  hari libur macam ini. Bapak tancap gas karena khawatir aku terlambat. Sekitar pukul 08.00 wib kami sampai di UNS. Dengan terseok-seok aku masuk ke aula FP, segera absen dan pengen buru-buru naik dan duduk. Ketika absen ternyata ketemu sama adik kelas SMA, namanya Nana. Beruntunglah aku, jadi punya teman bareng. Setelah selesai absen dan mendapat snack –ini bagian penting—kami bergegas naik ke ruang aula. Iya, aulanya di lantai tiga.
Tiba di aula ternyata grup nasyid Faiz sudah tampil, buru-buru aku cari tempat duduk. Bangku depan jelas sudah penuh, ya dengan sedikit dongkol aku duduk di urutan paling belakang. Jarum arlojiku menunjukkan pukul 08.10 wib, acara dimulai dengan tilawah. Kemudian dari pukul 08.20-08.30 diisi dengan sambutan-sambutan. Dan ketika pukul 08.35 wib ada persembahan drama teaterikal. Ada tiga pemain, dengan muka dicat warna-warni. Sesosok pria bercat kuning berperan sebagai pemimpin, dan pria lainnya bercat biru berperan sebagai bawahan, kemudian pria bercat putih berperan sebagai rakyat. Drama ini beralur cukup ‘dalam’, tentang peran seorang pemimpin dan juga sebuah sindiran kepada para pemimpin. Aku cukup antusias.
Dengan jargon “Semangan pagi, Luar biasa, Allahu Akbar!” acara kembali berlanjut. Moderator made in Pasar Kliwon tapi rasa Arab masuk ketika pukul 09.30 wib. Menurutku, kunci kesuksesan sebuah acar itu bukan hanya soal pembicaranya siap, tapi juga bagaimana moderator beraksi ‘memainka’ acara. Dan kali ini, Mas Iqbal cukup kece walau kadang agak sulit dipahami. Karena pembicaranya masih di jalan, jadi Mas Iqbal harus mengisi kekosongan menunggu dengan cuap-cuapnya. Ya, sangat mengurangi rasa tak nyaman ketika menunggu. Akhirnya pembicara pertama datang pukul 09.30 wib. Ya, Hanum Rais penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa yang juga putri Amien Rais datang.
Oh ya, aku lupa memberi tahu hal penting. Aku sedang berada di acara Seminar nasional dengan tema “PATIENCE AND CONSISTANCE ARE THE KEY TO RETURN THE GLORY OF ISLAM”
Karena waktu sudah molor, akhirnya Mbak Hanum langsung dipersilahkan menyampaikan materi. Dibuka dengan memutar trailer film 99 Cahaya di Langit Eropa, Mbak Hanum mulai menguak isi novelnya. Aku sendiri tidak tahu banyak, karena belum baca novelnya, jadi tidak bisa banyak komentar. Dan ini beberapa hal yang aku dapat dar Mbak Hanum,
·         Islam datang dengan dua cara: ilmu pengetahuan , dan toleransi keharmonisan
·         Motivasi bagi diri sendiri klau sedang stuck: Meski klise tapi memang benar, “Harus fokus!” Kalau tiba-tiba merasa ‘berat’, ya beratnya itu harus di move on.
·         Kegiatan mahasiswa Islam di Eropa itu banya, salah satunya bazar barang bekas.
·         Apakah harus jadi kaum minoritas agar semangat kita muncul? Jawabannya tentu saja TIDAK.
·         Zaman dulu orang-orang tergila-gila dengan produk Islam (Timur) sekarang justru kita yang tergila-gila dengan produk Kristenisasi (Barat) yang cenderung produk instan.
·         Sakarang sudah bukan lagi zamannya perang meriam, tapi lebih kepada perang pena (karya).
·         Ada bom atau tidak ada bom, Islam akan terus berambah pemeluknya.
·         Gereja di Eropa ramai bukan karena untuk beribadah, tapi untuk dikunjungi para turis.
Closing statement: Tularkan kepada teman-teman agar bisa jadi produktif!
Tepuk tangan para peserta seminar menutup penyampaian materi Mbak Hanum. Dan acar masih berlanjut, ini yang aku tunggu-tunggi. Ahmad Rifai Rifan, entrepreneur muda yang sangat inspuratif ini akan menyampaikan materi “Kunci Kejayaan Islam ada Didirimu”. Mas Rifai memulai menyampaiakn materi dengan tegas, “Harus ada yang kita bawa ketika keluar dari sini, HARUS ADA!” aku lantas benarkan posisi duduk, kencangkan pegangan bolpen dan bersiap jadi gelas kosong.
Beginilah isi materi dari Mas Rifai yang membuat aku mrinding berkali-kali,
·         Pada sebuah kemajuan teknologi seperti di Romawi, Persia, ternyata ada sisi jahiliyah yang sangat mengerikan.
·         Banyak penemu-penemu Islam yang saat ini seperti tinggal kenangan.
·         Pemuda Indonesi saat ini gampang ditipu oleh hal-hal semu yang bahagianya bersifat sementara.
·         Pemuda Islam itu harus hebat prestasinya. Kenapa? Karena prestasi adalah salah satu ladang dakwah bagi kita. Seorang anak SMA yang lulus dengan nilai UN terbaik mengungkapkan rahsia suksesanya, yakni: menyedekahkan sebagian uang saku, selalu meminta doa ibu, dan tidak pernah SEKALIPUN meninggalkan  belajar setelah salat tahajud.
·         Ladang dakwah itu banyak!
·         Sekaraang ini bukan lagi saatnya menyalahkan pemerintah, orang tua, sistem pendidikan, dan lain-lain. Tapu ini sudah tentang dirimu. Maka, berkontribusilah meski sedikit apapun.
·         Kejayaan Islam adalah keniscayaan. Islam pasti jaya, yang penting adalah APA PERAN KITA? Hanya mau jadi penonton untuk kejayaan Islam? Atau mau berkontribusi meski sedikit apapun?
·         Kunci sukse di seluruh dunia itu sama: dream, action, pray.
·         Mimpilah yang tinggi, jangan yang remeh-temeh atau yang rata-rata. Mimpi yang rata-rata itu yang bagaimana? Ya yang kuliah lalu lulus dan kerja, kemudian menikah. Itu rata-rata! Segera revisi mimpi yang seperti itu!
·         Ketika nanti orang melihat kubur kitam kita mau mereka berpendapat seperti apa?
·         Betapa banyak mahasiswa yang saat ini sangat idealis tapi setelah lulus menjadi sangat realistis.
·         Mulailah dari hal kecil. Berpikir tentang ekonomi global tapi bayar kosan, uang makan, masih minta orang tua. “Saya dulu sejak SMA sudah tidak meminta uang sepeserpun dari orang tua. Kebetulan saya dulu SMA nya di pondok, jadi saya harus memikirkan bagaiman caranya mendapatkan uang untuk makan, bayar sekolah, dan keperluan sehari-hari. Hanya tiga hal itu yang saya pikirkan, dan kemudian saya menjadi tukang pijat ustadz sehingga dapat uang untuk makan. Kemudian agar untuk bayar sekolah saya belajar keras untuk mendapatkan peringkat satu pararel sehingga sampai lulus saya dapat beasiswa. Dan untuk keperluan sehari-hari saya rajin ikut olimpiade-olimpiade, uangnya lumayan. Itu contohnya, asal mau itu mudah!
·         Berbeda itu memang sangat berisiko, tapi jadilah beda! Temukan passion-> fokus, asah -> momentum -> prestasi
·         Amal Jama’i-> berorganisasi. Kita tidak bisa hidup sndiri! Ikuti organisasi apapun, asalkan ada dampak positif, tidak masalah!
·         Orang yang punya mimpi dan visi besar tidak akan mudah menghabiskan waktunya dengan hal-hal remeh temeh. Update status galau misalnya.
·         Jangan hidup seperti air yang mengalir, karena pada dasarnya air itu akan mengalir ke yang rebih rendah. Orang yang hidupnya ngikutin alur dia akan terbawa arus.
·         Banyak orang yang kemudian hidupnya ditentukan oleh orang lain. Maka hiduplah dengan target dan visi yang jelas agar tidak mudah galau atau sedih. Iya, orang yang gampang galau, gampang sedih, itu hidupnya tidak bertarget.
·         JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!
·         Alasan terbesar saya menulis adalah,saya selalu bermimpi ketika di Yaumul Mizan nanti saya kaget melihat catatan amal kebaikan saya, lalu saya bertanya kepada Allah
"Ya Allah, kenapa amalan baik saya sebanyak ini? Saya tidak merasa melakukan amalan baik sebanyak ini." Kemudian Allah menjawab, "Ya, Rifa'i, amalanmu memang tidak banyak. Tapi tulisan-tulisanmu telah menginspirasi orang banyak, sehingga mereka terdorong beramal baik."
·         Menulis impian itu dampaknya besar. Mimpi itu penting, tapi upaya itu lebih penting.
·         Ketika semangat sedang drop bayangkan hal-hal indah ketika impian kita bisa terwujud. Menykasika orang tua kita menangis, bukan karena menyaksiakn kegagalan dan kenakaln kita tapi karena terharu dengan kebrehasilan kita. Bayangkan semua itu, insyaAllah semangat akan muncul kembali. Lalu pikirkan. “Impian saya nggak bisa terwujud jika saya hanya gini-gini saja. Impian saya nggak bisa terwujud jik waktu saya habis untuk hal remeh-temeh.”
·         Jangan terpengaruh dengan teman-teman yang memilih jalan aman.
·         Jangan sampai keluar dari organisasi kita yang selama ini telah memberi kita banyak motivasi dan ispirasi.
·         Jangan sampai ketika kita tiada, nama kita hanya tersisa di atas nisan, jaga produktivitas! Dan sekali lagi, JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!
Tepat ketika adzan dhuhur berkumandang acara selesai. Detak jantungku berdegup tak berirama, berantakan. Closing statement dari Mas Rifai yangsampai diulang dua kali memenuhi isi kepala, iya, “JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!”
Aku benar-benar keluar ruangan dengan memebawa banyak hal. Tidak ada yang sia-sia, semua serba menggungah. Ditambah pertemuan dengan banyak kawan spesial menjadikan aku lebih ringan melangkahkan kaki. Mungkin ini ganti silaturahmi dari Allah. Asal kita niatnya baik, pasti Allah akan ganti apa yang tadinya belum kita dapat, ikhlas tentu juga ambil andil.
FYI,Mas Rifai baru berusia 26 tahun, tapi beliau sudah mencapai banyak target kehidupan yang luar biasa dan tidak biasa. Semoga aku, kau, dan kita semua adalah Mas Rifai Mas Rifai berikutnya. Dengan jalan cerita yang berbeda tentunya, karena setipa kita adalah buku dengan judul yang berbeda :)


No comments:

Post a Comment