Minggu, 3 November 2013
Dengan berat hati hari Minggu kali ini kembali absen nonton Doraemon,
tapi juga dengan riang hati berangkat ke kampus. Agenda bulan November yang
kedua akan segera dicoret. Sebenarnya juga ada agenda silaturahmi bareng
keluarga ke Ungaran, tapi aku absen demi agenda penting ini. Alhasil, aku
berangkat kampus bareng bapak. Agak nyesek juga karena sebenarnya ini acara
kumpul-kumpul, abangku juga sedang pulang. Tapi, agenda ini sudah aku catat
jauh-jauh hari. Sulit untuk tiba-tiba dibatalkan begitu. Ya, inilah mungkin
yang disebut dengan pengorbanan.
Pukul 06.40 wib aku sekeluarga
berangkat. Pagi ini jalanan cukup ramai,
ya siapa yang tak menikamati hari libur
macam ini. Bapak tancap gas karena khawatir aku terlambat. Sekitar pukul 08.00
wib kami sampai di UNS. Dengan terseok-seok aku masuk ke aula FP, segera absen
dan pengen buru-buru naik dan duduk. Ketika absen ternyata ketemu sama adik kelas
SMA, namanya Nana. Beruntunglah aku, jadi punya teman bareng. Setelah selesai
absen dan mendapat snack –ini bagian penting—kami bergegas naik ke ruang aula. Iya,
aulanya di lantai tiga.
Tiba di aula ternyata grup nasyid
Faiz sudah tampil, buru-buru aku cari tempat duduk. Bangku depan jelas sudah
penuh, ya dengan sedikit dongkol aku duduk di urutan paling belakang. Jarum arlojiku
menunjukkan pukul 08.10 wib, acara dimulai dengan tilawah. Kemudian dari pukul
08.20-08.30 diisi dengan sambutan-sambutan. Dan ketika pukul 08.35 wib ada
persembahan drama teaterikal. Ada tiga pemain, dengan muka dicat warna-warni. Sesosok
pria bercat kuning berperan sebagai pemimpin, dan pria lainnya bercat biru
berperan sebagai bawahan, kemudian pria bercat putih berperan sebagai rakyat. Drama
ini beralur cukup ‘dalam’, tentang peran seorang pemimpin dan juga sebuah
sindiran kepada para pemimpin. Aku cukup antusias.
Dengan jargon “Semangan pagi, Luar
biasa, Allahu Akbar!” acara kembali berlanjut. Moderator made in Pasar Kliwon
tapi rasa Arab masuk ketika pukul 09.30 wib. Menurutku, kunci kesuksesan sebuah
acar itu bukan hanya soal pembicaranya siap, tapi juga bagaimana moderator
beraksi ‘memainka’ acara. Dan kali ini, Mas Iqbal cukup kece walau kadang agak
sulit dipahami. Karena pembicaranya masih di jalan, jadi Mas Iqbal harus
mengisi kekosongan menunggu dengan cuap-cuapnya. Ya, sangat mengurangi rasa tak
nyaman ketika menunggu. Akhirnya pembicara pertama datang pukul 09.30 wib. Ya,
Hanum Rais penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa yang juga putri Amien Rais
datang.
Oh ya, aku lupa memberi tahu hal
penting. Aku sedang berada di acara Seminar nasional dengan tema “PATIENCE AND
CONSISTANCE ARE THE KEY TO RETURN THE GLORY OF ISLAM”
Karena waktu sudah molor, akhirnya
Mbak Hanum langsung dipersilahkan menyampaikan materi. Dibuka dengan memutar
trailer film 99 Cahaya di Langit Eropa, Mbak Hanum mulai menguak isi novelnya. Aku
sendiri tidak tahu banyak, karena belum baca novelnya, jadi tidak bisa banyak
komentar. Dan ini beberapa hal yang aku dapat dar Mbak Hanum,
·
Islam datang dengan dua cara: ilmu pengetahuan ,
dan toleransi keharmonisan
·
Motivasi bagi diri sendiri klau sedang stuck:
Meski klise tapi memang benar, “Harus fokus!” Kalau tiba-tiba merasa ‘berat’,
ya beratnya itu harus di move on.
·
Kegiatan mahasiswa Islam di Eropa itu banya,
salah satunya bazar barang bekas.
·
Apakah harus jadi kaum minoritas agar semangat
kita muncul? Jawabannya tentu saja TIDAK.
·
Zaman dulu orang-orang tergila-gila dengan
produk Islam (Timur) sekarang justru kita yang tergila-gila dengan produk
Kristenisasi (Barat) yang cenderung produk instan.
·
Sakarang sudah bukan lagi zamannya perang
meriam, tapi lebih kepada perang pena (karya).
·
Ada bom atau tidak ada bom, Islam akan terus
berambah pemeluknya.
·
Gereja di Eropa ramai bukan karena untuk
beribadah, tapi untuk dikunjungi para turis.
Closing statement:
Tularkan kepada teman-teman agar bisa jadi produktif!
Tepuk tangan para peserta seminar
menutup penyampaian materi Mbak Hanum. Dan acar masih berlanjut, ini yang aku
tunggu-tunggi. Ahmad Rifai Rifan, entrepreneur muda yang sangat inspuratif ini
akan menyampaikan materi “Kunci Kejayaan Islam ada Didirimu”. Mas Rifai memulai
menyampaiakn materi dengan tegas, “Harus ada yang kita bawa ketika keluar dari
sini, HARUS ADA!” aku lantas benarkan posisi duduk, kencangkan pegangan bolpen
dan bersiap jadi gelas kosong.
Beginilah isi materi dari Mas Rifai
yang membuat aku mrinding berkali-kali,
·
Pada sebuah kemajuan teknologi seperti di
Romawi, Persia, ternyata ada sisi jahiliyah yang sangat mengerikan.
·
Banyak penemu-penemu Islam yang saat ini seperti
tinggal kenangan.
·
Pemuda Indonesi saat ini gampang ditipu oleh
hal-hal semu yang bahagianya bersifat sementara.
·
Pemuda Islam itu harus hebat prestasinya. Kenapa?
Karena prestasi adalah salah satu ladang dakwah bagi kita. Seorang anak SMA
yang lulus dengan nilai UN terbaik mengungkapkan rahsia suksesanya, yakni:
menyedekahkan sebagian uang saku, selalu meminta doa ibu, dan tidak pernah
SEKALIPUN meninggalkan belajar setelah
salat tahajud.
·
Ladang dakwah itu banyak!
·
Sekaraang ini bukan lagi saatnya menyalahkan
pemerintah, orang tua, sistem pendidikan, dan lain-lain. Tapu ini sudah tentang
dirimu. Maka, berkontribusilah meski sedikit apapun.
·
Kejayaan Islam adalah keniscayaan. Islam pasti
jaya, yang penting adalah APA PERAN KITA? Hanya mau jadi penonton untuk
kejayaan Islam? Atau mau berkontribusi meski sedikit apapun?
·
Kunci sukse di seluruh dunia itu sama: dream,
action, pray.
·
Mimpilah yang tinggi, jangan yang remeh-temeh
atau yang rata-rata. Mimpi yang rata-rata itu yang bagaimana? Ya yang kuliah
lalu lulus dan kerja, kemudian menikah. Itu rata-rata! Segera revisi mimpi yang
seperti itu!
·
Ketika nanti orang melihat kubur kitam kita mau
mereka berpendapat seperti apa?
·
Betapa banyak mahasiswa yang saat ini sangat
idealis tapi setelah lulus menjadi sangat realistis.
·
Mulailah dari hal kecil. Berpikir tentang
ekonomi global tapi bayar kosan, uang makan, masih minta orang tua. “Saya dulu
sejak SMA sudah tidak meminta uang sepeserpun dari orang tua. Kebetulan saya
dulu SMA nya di pondok, jadi saya harus memikirkan bagaiman caranya mendapatkan
uang untuk makan, bayar sekolah, dan keperluan sehari-hari. Hanya tiga hal itu
yang saya pikirkan, dan kemudian saya menjadi tukang pijat ustadz sehingga
dapat uang untuk makan. Kemudian agar untuk bayar sekolah saya belajar keras
untuk mendapatkan peringkat satu pararel sehingga sampai lulus saya dapat
beasiswa. Dan untuk keperluan sehari-hari saya rajin ikut olimpiade-olimpiade,
uangnya lumayan. Itu contohnya, asal mau itu mudah!
·
Berbeda itu memang sangat berisiko, tapi jadilah
beda! Temukan passion-> fokus, asah -> momentum -> prestasi
·
Amal Jama’i-> berorganisasi. Kita tidak bisa
hidup sndiri! Ikuti organisasi apapun, asalkan ada dampak positif, tidak
masalah!
·
Orang yang punya mimpi dan visi besar tidak akan
mudah menghabiskan waktunya dengan hal-hal remeh temeh. Update status galau
misalnya.
·
Jangan hidup seperti air yang mengalir, karena
pada dasarnya air itu akan mengalir ke yang rebih rendah. Orang yang hidupnya
ngikutin alur dia akan terbawa arus.
·
Banyak orang yang kemudian hidupnya ditentukan
oleh orang lain. Maka hiduplah dengan target dan visi yang jelas agar tidak
mudah galau atau sedih. Iya, orang yang gampang galau, gampang sedih, itu
hidupnya tidak bertarget.
·
JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK
ADA BEDANYA!
·
Alasan terbesar
saya menulis adalah,saya selalu bermimpi ketika di Yaumul Mizan nanti saya
kaget melihat catatan amal kebaikan saya, lalu saya bertanya kepada Allah
"Ya Allah, kenapa amalan baik saya sebanyak ini? Saya tidak merasa melakukan amalan baik sebanyak ini." Kemudian Allah menjawab, "Ya, Rifa'i, amalanmu memang tidak banyak. Tapi tulisan-tulisanmu telah menginspirasi orang banyak, sehingga mereka terdorong beramal baik."
"Ya Allah, kenapa amalan baik saya sebanyak ini? Saya tidak merasa melakukan amalan baik sebanyak ini." Kemudian Allah menjawab, "Ya, Rifa'i, amalanmu memang tidak banyak. Tapi tulisan-tulisanmu telah menginspirasi orang banyak, sehingga mereka terdorong beramal baik."
·
Menulis impian
itu dampaknya besar. Mimpi itu penting, tapi upaya itu lebih penting.
·
Ketika semangat
sedang drop bayangkan hal-hal indah ketika impian kita bisa terwujud. Menykasika
orang tua kita menangis, bukan karena menyaksiakn kegagalan dan kenakaln kita
tapi karena terharu dengan kebrehasilan kita. Bayangkan semua itu, insyaAllah
semangat akan muncul kembali. Lalu pikirkan. “Impian saya nggak bisa terwujud
jika saya hanya gini-gini saja. Impian saya nggak bisa terwujud jik waktu saya
habis untuk hal remeh-temeh.”
·
Jangan terpengaruh
dengan teman-teman yang memilih jalan aman.
·
Jangan sampai
keluar dari organisasi kita yang selama ini telah memberi kita banyak motivasi
dan ispirasi.
·
Jangan sampai ketika
kita tiada, nama kita hanya tersisa di atas nisan, jaga produktivitas! Dan sekali
lagi, JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!
Tepat ketika
adzan dhuhur berkumandang acara selesai. Detak jantungku berdegup tak berirama,
berantakan. Closing statement dari Mas Rifai yangsampai diulang dua kali
memenuhi isi kepala, iya, “JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA
BEDANYA!”
Aku benar-benar
keluar ruangan dengan memebawa banyak hal. Tidak ada yang sia-sia, semua serba
menggungah. Ditambah pertemuan dengan banyak kawan spesial menjadikan aku lebih
ringan melangkahkan kaki. Mungkin ini ganti silaturahmi dari Allah. Asal kita
niatnya baik, pasti Allah akan ganti apa yang tadinya belum kita dapat, ikhlas
tentu juga ambil andil.
FYI,Mas Rifai
baru berusia 26 tahun, tapi beliau sudah mencapai banyak target kehidupan yang
luar biasa dan tidak biasa. Semoga aku, kau, dan kita semua adalah Mas Rifai
Mas Rifai berikutnya. Dengan jalan cerita yang berbeda tentunya, karena setipa
kita adalah buku dengan judul yang berbeda :)
No comments:
Post a Comment