Langit sedang cerah-cerahnya,
warna biru bersih tanpa awan seketika menyeruak pandangan mata. Kupu-kupu berterbangan mengintari taman bunga,
seekor kucing melompat ke sana ke mari mengejar dan berusaha menangkap kupu-kupu.
Hujan semalam menjadikan bau tanah masih segar, sisa-sisa air di dahan masih kerap memercik mengenai seorang gadis kecil yang duduk di bawahnya.
Gadis kecil itu membuka buku peta
yang ia pinjam dari perpusatakaan sekolah. Anak ini ingin sekali keliling
Indonesia, melihat keelokan alam semesta dari hijaunya pemandangan juga
meriahnya gedung pencakar langit di kota-kota besar. Tiba-tiba sang ibu memanggil, meminta sang
anak masuk rumah dan segera sarapan. Sudah pukul 06.30, harus segera bergegas
ke sekolah. Gadis itu selalu bersemangat untuk berangkat sekolah, kakinya
lincah menaiki anak tangga, menuju rumahnya di lantai 11, di sebuah rumah susun
padat penghuni di pinggiran kota. Pemandangan setiap hari selalu sesak, yang ia
lihat hanya beton-beton besar menutup pemandangan. Dan berangkat ke sekolah
adalah hal yang paling isa sukai.
Sesampainya di sekolah, ia
buru-buru berkeliling ke Papua, pemandangan lautnya selalu memikat siapa saja
yang berkunjung ke sana. Tempo hari ia baru saja pulang dari Padang, menikmati
rendang sampai mabok rasanya. Kemarinnya lagi ia baru berkunjung ke Bali,
menikmati tradisi dan tariannya yang masih dijaga dengan baik. Dan
perjalanannya dihentikan oleh bel masuk. Sebelum diteriaki guru piket, anak ini
bergegesas merapikan buku, memberi batas halaman terakhir ia baca yang akan
dilanjutkan lagi jika jam istirahat tiba. Sampai bertemu nanti lagi,
perpustakaan.
Kegemaran gadis kecil yang duduk
di kelas 5 SD dalam membaca buku-buku sejarah dan letak geografis di Indonesia
ini diketahui oleh semua guru. Nilai IPS-nya selalu sempurna. Begitu berlanjut
hingga ia duduk di bangku SMA. Kegemarannya membaca buku dan peta Indonesia itu
membuatnya dipilih untuk mewakili sekolah dalam olimpiade geografi.
Hingga akhirnya, hari ini ia
sedang berada di Padang, sungguhan Padang, menginap di sebuah hotel untuk
mengikuti olimpiade nasional. Bulan lalu ia baru pulang dari Bali, dua bulan
lalu juga ia baru saja dari Makassar. Siapa sangka, dari gemerannya membaca
peta dan seluk-beluknya, ia bisa sungguhan mengelilingi Indonesia.
Maka, bermimpi saja dulu, tidak
apa-apa. Sembari terus bergerak, sekecil apapun pergerakan kita, setiap
langkahnya akan mendekatkan kita pada impian. Tidak apa pelan-pelan, tidak apa jika
terasa tidak memungkinkan, tidak apa jika tujuan terasa masih terlalu jauh,
tida apa. Kita hanya butuh konsisten tetap melangkah, sesekali istirahat, lalu
melangkah lagi, sebab impian tidak akan pernah jadi nyata jika hanya sekadar
dibayangkan tanpa melakukan apa-apa.
No comments:
Post a Comment