Sunday, November 10, 2013

Peretemuan yang Menyembuhkan



Sabtu, 9 November 2013
Ba’da salat subuh sebenarnya aku sudah ikut nimbrung anak kosan lainnya nyedot udara pagi di depan pintu kosan, Subhanallah segarnya udara pagi bikin badan juga tidak kalah segar. Tapi sayang, sepuluh menit kemudian aku kembali merangkak ke kamar dan seperti biasa, tidur lagi. Tunggu dulu, aku punya pembenaran! Semalam itu aku pulang kos sudah malam karena ada acara di kampus, sudah begitu masih dilanjutkan acara nonton tivi berjamaah dengan teman-teman sampai larut malam. Oh ya,semalam juga ‘belajar’ dulu buat bedah buku hari ini. Sampai temanku ada yang bilang, “Ah koe, nek ameh ujian wae blaas ra tau sinau, bareng ameh bedah buku wae belajar.” Aku ngakak saja dengar komentar temanku itu.
Beruntung ke-kebo-an ku tidak berlaku hari ini. Aku bangun tepat waktu, tidak kurang dan tidak lebih. Pokonya tepat! Akhirnya setelah nyawa benar-benar terkumpul aku mulai beberes. Dan seperti biasanya lagi, hari ini tidak ada jadwal sarapan. Pokoknya kalau ba’da subuh itu tidur lagi, aku cuma punya waktu untuk beberes berangkat, tidak ada waktu untuk sarapan. Oke, ini risiko. Setiap hal yang kau pilih itu pasti kan ada risikonya, jangan mau ambil enaknya saja.
Pukul 08.00 wib, aku, Bundo, Eka, dan Risala bergegas berangkat ke Fakultas Teknik UNS. Di FT kebetulan aku sudah kencan dengan mahasiswi teknik paling kece, siapa lagi kalau bukan Nur. Nur jadi guide sesaat kami, ia mengantar kami  dari parkiran ke RSU FT. Tersebab Nur masih ada agenda mengerjakan tugas jadi doi tidak bisa ikut serta dalam acara bedah buku kali ini, yaaah sedih deh.
Sabtu pagiii yang cerah ditemani Angsana yang berguguran di seantero kampus, lengkap dengan agenda yang kecenya Masya Allah! Ya, hari ini aku dan teman-teman berada di acara “Gema Muslimah ‘Beauty Jannaty’” bersama Mbak  Norma Keisya Avicenna, Mbak Deasilawaty P., dan juga Bu Zeny. Iyaaa, gimana nggak kece cobaaa? Pembicaranya Mbakkk Normaaaa, Mbak tercintaaakuuuuuuuu. Makanya, hari ini antusiasmeku bener-bener berpangkat-pangkat. Semangat meletup-letup dan aaaah pokonya bahagiaaaa. Karena terakhir ketemu Mbak Norma itu hampir setahun lalu, waktu Mbak Norma nikah –tepat setahu lalu terhitung hari ini 10 November— aku juga tidak bisa datangg. Jadi kangeeeennn beneeerrrr, apalagi mbak aku yang satu ini makin hari makin kereeen ajaaaa. Beauty Jannaty itu yang nulis Mbak Norma, kece kan? Kece dong!!
Setelah absen dan dapat jatah snack, aku dan teman-teman lantas masuk ruang bedah buku. Tempat duduk masih cukup longgar jadi bisa milih bebass, mau gulung-gulung juga masih bisaaa. Aku dan teman-teman memilih duduk di kursi baris kedua yang ada di tengah, ini posisi teroke. Sepotong roti dari mbak panitia langsung ludeees. Sambil menunggu acara dimulai seperti biasa, gegojekan tidak jelas. Sampai akhirnya acara dibuka sama Mbak Desi sang pembawa acara. Berlanjut sambutan-sambutan dan senandung merdu dari teman SMAku juga, Witriaaaaa. Ajib beneer daaah suaranyaaa. Tapi maaf, aku tidak tahu lagunya. Paling pol aku lagu itu ngerti paling Kereta Malam sama Bukak Sithik Jos, ya elaaah sesaaat amaaat.
Witria yang juga berperan menjadi moderator kemudian memperkenalkan pembicara. Ini nih, aku mulai berulah. Waktu diputarkan video perjalanan karier nya Mbak Norma aku histeris pas nyampek di jenjang SMA nya Mbak Norma. Soalnya muka abangku ada di antara teman-teman sekelas SMA nya Mbak Norma. Sontak aku histeris dan teriak refleks “Eh masku ! Masku!” , bener macam acara termehek-mehek yang sudah lama tidak ketemu abangnya begitu. Teman-temanku yang duduk disebelahku kompakan tepuk jidat sambil mringis nahan malu, karena semua mata mendadak tertuju ke arah kami. Maafkan dakuuu, keceplosaaan!! Keadaan kembali kondusif, Mbak Norma lantas duduk di meja pembicara. Eh Mbak Norma langsung lihat aku dan dadah-dadah, aku heboh lagi dan dilihatin banyak orang lagi. Entaaah, urat maluku ketinggalan di meja kosan mungkin.
Mbak Norma lantas memulai menyampaikan materi, diawali dengan membaca puisi yang bikin mrinding dan semangaaat banget. Ini nih beberapa materi yang sempat aku catat:
·         Anatomi akwat:
1.       Mata: menjaga pandangan.
2.       Otak: berpikir positif.
3.       Mulut: tidak terbuka kecuali untuk membicarakan hal-hal yang baik dan benar serta bermanfaat.
4.       Tangan: suka menolong dalam kebajikan.
5.       Perut: terjaga dari makanan yang syuhbat, apalagi haram.
6.       Kaki: selalu berjalan di atas jalan kebaikan.
·         Manusia itu memiliki tiga hal komponen yang sama:
1.       Jasadiyah
2.       Fikriyah
3.       Ruhiyah
·         Masih ingat rumus Einstein? Ya, E = mc2
Dimana setiap manusia itu memiliki E yang sama, M yang sama yakni waktu 24 jam,tapi memiliki C yang berbeda-beda. Potensi, kita harus menggali potensi dalam diri kita semaksimal mungkin karena itu yang memberikan hasil berbeda.
·         Apa yang membuat kita harus selalu kembali semangat? Ya, dzikrul maut.
Kita harus mempunyai harapan: kelak ketika kita tiada kita bisa meninggalkan hal-hal baik untuk orang banyak.
·         Jasadiyah: makan sehat, tidur cukup; Fikriyah: makan-minum sehat, kuasai ketermapilan teknis, info manfaat; Dzikrullah: baca Al Qur’an, jauhi maksiat, Lillah Billah Ilallah (semua karena Allah), perbanyak ibadah.
·         Manusia: insan yang fluktuatif.
Bagaimana caranya menjaga rukhiyah?
Senantiasa dicek salatnya bagaimana? Baca Al Qur’annya bagaimana?
·         Hati ibarat panglima yang menentukan baik/buruk seseorang.
·         Kelak, setiap aksara akan dimintai pertanggung jawaban.
·         Sudah shalihah kah saya?
1.       Shalihah adalah sebuah identitas yang lahir dari karakter diri.
2.       Karakter diri merupakan buah keimanan yang mengakar kuat di dalam hati.

Begitulah materi yang disampaikan Mbak Norma, tidak aku catat lengkap karena waktuku habis untuk melongo memperhatikan cara penyampaian Mbak Norma yang semangattnya luar biasa meski sedang tak enak badan. Kemudian  Mbak Norma menutup dengan hal yang menyayat-nyayat hatiii. Jadi Mbak Norma meminta para peserta yang sekarang sudah memenuhi seisi ruang seminar  untuk mengeluarkan HP. Kemudian Mbak Norma berkata, “Coba sekarang SMS orang tua kalian, bolah Bapak atau Ibu. Yang isinya kurang lebih seperti ini, ‘Assalamu’alaykum Bapak/Ibu, doakan saya agar menjadi anak yang sholihah. Doakan juga supaya saya bisa meraih cita-cita, mengetuk pintu surga untuk Bapak/Ibu. Doakan saya ya..”
Send to: Bapak. Ah , layar HP ku langsung kebas oleh air asin yang bersumber dari kedua mata ini. Nanti siapa yang berani membacakan balasan SMS dari orang tuanya dan membacakan harapan di tahun ini ke depan bakal mendapat kado spesial. Aku dag dig dug menunggu balasan dari bapak, bukan karena pingin dapat kadonya tapi takut kalau bapak mendadak kenapa-kenapa setelah baca SMSku tadi. Iyaa, ini baru aku lakukan sekali seumur hidup SMS seserius itu ke bapak. Takutnya nanti bapak ngira aku nya lagi sakit atau kesurupan begitu kan repot.
Masih menanti balasan SMS dari bapak ,aku kembali mengikuti jalannya acara selanjutnya. Ibu Zeny menyampaikan materi tentang cantik dari dalam begitu, dan juga tentang ibadah. Kemudian dilanjutkan pembicara ketiga, yakni Mbak Deasilawaty penulis buku ‘A Piece of Love in Korea’. Yang materinya tentang kepenulisan,
·         Meceritakan suatu bab dalam buku jangan seperti kalau hanya presentase lima menit di depan audience.
·         Ketika menulis buku jangan melulu sebagai kumpulan dalil, nanti membuat pembaca jenuh.
·         Rajin membaca adalah syarat mutlak untuk membuat buku.
·         Anak kecil yang akan lomba karate itu awalnya juga tidak bisa tapi pada akhirnya dilatih oleh pelatih secara rutin. Yang kemudian bisa menjadi pemenang, nah kalau anak kecil saja bisa, masa kita tidak?
·         Menulis bukan sesuatu yang serta merta, harus melalui proses.
·         Kita perlu membuang bab yang tidak perlu.
·         Membaca ulang akan membuat kita menyadaru ‘lubang-lubang’ yang perlu ditambal/
·         Apa yang ada di kepala, tulis dulu!
Begitu materi yang disampaiakn Mbak Deasilawati.
Mendadak jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Deg, bapak bales SMS ku. Aku sudah panik dan heboh, takut-takut buka buka inbox. Dan taraaa, balesannya minimaliss sekali. Cuma, “Iyo, nduk. Muleh ora?” . Yaa elaaaah, padahal kanan kiri aku balesan dari ortunya panjang-panjang. Yaa, tapi lega dehhhh. Ini SMS paling bikin ndredeg sepanjang hidupku.
Lanjut ke acara yaa. Tiba di sesi tanya jawab. Waah, banyak banget yang pengen nanyaaa.
Salah satu pertanyaan yang aku suka adalah tentang apa yang suka dibaca oleh para pembicara dan tips menulis begitu kira-kira. Dan jawabannya dari Mbak Norma:
Saya memulai menulis dari yang saya alami, yang say tahu. Mengupas hal-hal yang terjadi sehari-hari dan dikemas dengan unik. Kalau inspirasi itu datang dari mana saja. Alasan terbesar saya menulis adalah karena saya tidak mau ketika di waktu terakhir saya nanti hanya tertinggal tiga hal: Nama. TTL, dan tanggal wafat.
Harus ada yang 'diwariskan' ketika kelak saya tiada.
Beeeh, mrinding!!!!!
Acara berlanjut, seperti biasa bagi-bagi doorprise. Tiga peserta diminta maju, satu orang merangkum materi yang disampaikan pembicara dan dua orang memberikan komentar serta kritik dan saran jalannya acara. Teman-temanku heboh nyuruh aku maju, kemudian aku mulai antusias, ya  siapa tahu hadiahnya buku, lagi pula kalau komentar aja gampang, kan udah sering lihat Mas Darto sama Mas Danang komentar. Ya elaaah! Haha. Yeeaaah, akhirnyaaa aku majuuuuuu! Dengan langkah anggun, karena hari ini aku pakai sepatu cantik jadi tak bisa jalan seenaknya seperti biasanya.
 Salah satu alasan aku mau maju karena ini acara khusus akhwat jadi bebass. Bukan apa-apa, takutnya kalau acaranya sama ikhwan nanti jadi pada ilfeel sama aku. Bukan apa-apa lagi, tapi nanti takutnya di salah satu ikhwan itu terselip jodohku kan gawaat. Sebab, pasti aku bakal berulah. Patiiii!! Eh tapi kan, bukannya kalau pasangan itu harus mau menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya ya? Ya elaah, haha!
Peserta pertama merangkum materi dengan detail, peserta kedua memberikan komentar dengan bijak. Tibalah si microphone ke tanganku. Mendadak blank. Tidak disangka dan dinyana, kata yang pertama keluar  dari mulutku itu tidak elegan sama sekali, aku bilang “Anu, ehh...” Ya ampuun, seruangan langsung ketawa. Kata temanku, Mbak Norma juga sampai ikut ketawa. Duh, maluuu. Alkhirnya karena kondisi sudah makin tak kondusif, aku ngomong sekenanya aja. Seingatku, aku cuma komentar kalau snacknya kurang dan lebih keren kalau ditambah arem-arem begitu. Dan sekalian aku bilang kalau ngefans bhangeeettt sama Mbak Norma. Kesempatannn iniii.
Biar deh komentarku paling tidak berbobot, yang penting bisa membuat banyak yang tertawa. :D
Nah usai acara, aku dan teman-teman memaksimalkannya buat foto-foto sama Mbak Norma. Yipiiiihhh, dipeluuuuk sama Mbak Normaaa. Kangeeennnn..........!!!!!! Tapi nih, nggak orangnya nggak tasnya bikiiin ulaah semuaaaa. Jilbabnya Mbak Norma kesangkut di tas aku, maafkan ya Mbaak. Dipuas-puasiiin dehhh tuhh foto-foto, minta tanda tangan juga, dan di buku Beauty Jannatyku ditulis begini sama Mbak Norma,
To: Dek Asri Shalihah
Jadilah wanita yang layak dicemburui para bidadari!
Love
Keisya Avicenna
Cieilaaaah, dalemmmmmmm! :’)
Setelah puas heboh-hebohan foto sama Mbak Norma, aku dan teman-teman pamit pulang. Cipika-cipiki dan ngobrol sebentar menjadi penutup perjumpaan siang ituu. Sampai ketemu di lain kesempatan Mbak Norma, semoga lekass sembuuuh yaa :) Maafkan adikmu yang banyak tingkah ini yaaah :)
Oh iya, FYInih aku tidak jadi dapat buku dan malah dapat perlengkanpan kecantikan. Sungguuh, aku lebih seneng dapet bakso daripada dapat beginian. Tapi ingattt, harusss bersyukuuuuur!! Beruntung teman-teman mau mengingatkan untuk bersyukur. Akhirnya aku pulang membawa banyak hal membahagiakan. Tentang hakikat beauty yang sebenar-benarnya, pertemuan yang luar biasa, dan pembelajaran hidup yang luar biasa. Aku ingat banget pesan Mbak Norma dari jamaan duluuuu itu, tentang mimpi yang kemudian dilanjutkan dengan action. Mbak Norma adalah contoh nyata, tentang pesannya waktu itu. Kesuksesan Mbak Norma juga berawal dari mimpi. Lalu tunggu apa lagi?? Mari bermimpi dan beraksiii. :)
Semoga harapan Mbak Norma di awal acara tadi terwujud, yakni semoga pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang menyembuhkan. Menyembuhakn sakitnya Mbak Norma dan menyembuhkan 'sakit'nya aku.
Sebuah pengharapan tersemat siang itu, “Semoga kelak, aku bisa duduk di samping Mbak Norma dalam acara serupa, namun bukuku yang dibedah.” AAMIIN :D

Wednesday, November 6, 2013

Dayung yang Kau Tinggal

Kau biarkan aku tenggelam dalam lautan sore itu, tanpa perahu karet atau paling tidak pelampung. Hanya dayung yang kau tinggal, entah untuk apa. Sampai pada akhirnya aku terdampar pada  antah berantah lainnya, dan masih memegang dayung yang kau tinggal. Tanpa tahu untuk apa. Tiba pada malam yang amat kelam, aku masih terdampar dan memegang dayung yang kau tinggal. Dengan terseok aku paksa siksa kaki biar tak manja lagi. Kolaborasi gilu, lemas, mati rasa, dan sejenisnya membuat aku mulai mencibir kau. Tega kali kau meninggalkan aku begini. Aku masuk lebih dalam ke hutan tempatku terdampar, masih dengan erat memegang dayung yang kau tinggal. Lebih dalam masuk ke belantara itu, makin banyak yang tak aku tahu. Makin sering aku menduga-duga, dan makin sering aku mencela apa saja. Ya, termasuk kau! Benci sudah aku pada kau, yang entah tiba-tiba kemana. Akar-akar pohon tua di hutan ini amat besar, sering menyandung langkahku. Jatuh bangun aku melewatinya. Dan setiap aku tersandung, sinyal untuk memaki kau makin kerasa saja.

Kakiku mulai mati rasa, perih sudah tak terasa. Bahkan rasanya makin melayang, hanya saja aku tetap rasakan letih. Letih, sangat letih, tapi tetap kupegang dayung yang kau tinggal. Dayaku habis ketika sampai di bibir pantai. Jalan ini rupanya amat rumit, aku sudah hilang asa. Mataku terpejam begitu saja, badanku luruh ke tanah, ini titik paling melelahkan. Namun, dayung yang kau tinggal masih erat dalam kepalan telapak tanganku.

Semilir angin pantai pagi itu amat lembut menyapu wajahku. Kudengar napas tersengal di sampingku, meringkuk kedinginan. Dengan memegang erat dayung yang kau tinggal aku dekati tubuh itu. Tubuh yang memunggungiku sekitar setengah meter dari tempat aku terkapar dini hari tadi. Bukan main, aku kaget. Tubuh itu rupanya kau, dengan kondisi amat menyedihkan. Di sebelah kau sebuah perahu kayu berukuran sedang tergelatak tak kalah tak berdayanya dengan kau. Tak kuhiraukan perahu itu, kuperiksa tubuhmu. Tangan kau merah, bahkan kulit arinya mengelupas dan tak hentinya mengalirkan darah segar. Kaki kau tak kalah memprihatinkan, lebam seperti berkali-kali tersandung benda yang amat keras. Kukira aku yang paling nelangsa di perjalanan ini, ternyata kau jauh lebih dan lebiiih nelangsa. Gugur sudah semua benci yang aku pelihara sedari kemarin itu.

“Bawa dayung kau, itu perahu kau, segera pergi ke laut. Kau harus berlayar sekarang.” Suara kau parau, namun suara bariton kau itu selalu melegakan.

Aku terisak. Rupanya begini? Begini cara kau? Kau tinggalkan aku tenggelam di lautan tempo hari, membiarkan aku mencari jalan sendiri untuk sampai ke bibir pantai ini. Rupanya dengan segala perih kau bopong perahu ini untukku? Lusa, sepanjang perjalanan kuhabiskan untuk memaki apa saja, termasuk memaki kau. Sebuah tanya kuulang beribu kali, “Kenapa kau hanya bekali aku dayung??? Mana perahunyaa???” Rupanya diam-diam kau bawakan perahu itu untuk jalanku selanjutnya, biar aku tak terlalu nelangsa.

“Kenapa kau tak biarkan aku membantu mengangkat perahu itu sampai di sini? Kenapa?” Tanyaku dengan sesal yang paling tinggi.

Kau tak juga menjawab, malah menyeret tubuhku ke dalam perahu dan membiarkan aku berlayar. Kemudian menguatkan genggaman tanganku pada dayung yang kau tinggal. Kemudian kau bicara,

“Selesaikan apa yang harus kau selesaikan. Sebrangi lautan ini, dan sampailah di pulau yang lebih indah.”

Sore itu ada cahaya yang jauh lebih menyilaukan daripada senja. Kulipat kaki dan duduk terpekur di depan pintu. Lalu diam-diam mataku liar mengamati cahaya itu, cahaya yang lebih menyilaukan dari senja. Iya, itu cahaya dari tatap nanar mata kau. Ujung-ujung jariku mulai mengikir lantai, menimbulkan suara miris di ulu hati. Tiba-tiba mataku pedas dan tak lama mulai kebas.

Bukan tangismu atau keluhmu yang buat aku tak kuasa menahan ini semua. Tapi justru senyummu, kuatmu, hebatmu, dan luar biasamu yang membuat aku kebas begini. Tanyaku tetap sama, dimana kau sembunyikan semua itu? Dimana kau taruh lelah, penat, gelisah, marah, keluh, dan semua bentuk gulma di kepala itu? Dimana?

Seperti biasa, kau tak mau berbagi apa yang ada di balik dadamu.


--Prasetyani Estuning Asri

Monday, November 4, 2013

Kobaran Semangat di Aula FP



Minggu, 3 November 2013
Dengan berat hati hari  Minggu kali ini kembali absen nonton Doraemon, tapi juga dengan riang hati berangkat ke kampus. Agenda bulan November yang kedua akan segera dicoret. Sebenarnya juga ada agenda silaturahmi bareng keluarga ke Ungaran, tapi aku absen demi agenda penting ini. Alhasil, aku berangkat kampus bareng bapak. Agak nyesek juga karena sebenarnya ini acara kumpul-kumpul, abangku juga sedang pulang. Tapi, agenda ini sudah aku catat jauh-jauh hari. Sulit untuk tiba-tiba dibatalkan begitu. Ya, inilah mungkin yang disebut dengan pengorbanan.
Pukul 06.40 wib aku sekeluarga berangkat.  Pagi ini jalanan cukup ramai, ya siapa yang tak menikamati  hari libur macam ini. Bapak tancap gas karena khawatir aku terlambat. Sekitar pukul 08.00 wib kami sampai di UNS. Dengan terseok-seok aku masuk ke aula FP, segera absen dan pengen buru-buru naik dan duduk. Ketika absen ternyata ketemu sama adik kelas SMA, namanya Nana. Beruntunglah aku, jadi punya teman bareng. Setelah selesai absen dan mendapat snack –ini bagian penting—kami bergegas naik ke ruang aula. Iya, aulanya di lantai tiga.
Tiba di aula ternyata grup nasyid Faiz sudah tampil, buru-buru aku cari tempat duduk. Bangku depan jelas sudah penuh, ya dengan sedikit dongkol aku duduk di urutan paling belakang. Jarum arlojiku menunjukkan pukul 08.10 wib, acara dimulai dengan tilawah. Kemudian dari pukul 08.20-08.30 diisi dengan sambutan-sambutan. Dan ketika pukul 08.35 wib ada persembahan drama teaterikal. Ada tiga pemain, dengan muka dicat warna-warni. Sesosok pria bercat kuning berperan sebagai pemimpin, dan pria lainnya bercat biru berperan sebagai bawahan, kemudian pria bercat putih berperan sebagai rakyat. Drama ini beralur cukup ‘dalam’, tentang peran seorang pemimpin dan juga sebuah sindiran kepada para pemimpin. Aku cukup antusias.
Dengan jargon “Semangan pagi, Luar biasa, Allahu Akbar!” acara kembali berlanjut. Moderator made in Pasar Kliwon tapi rasa Arab masuk ketika pukul 09.30 wib. Menurutku, kunci kesuksesan sebuah acar itu bukan hanya soal pembicaranya siap, tapi juga bagaimana moderator beraksi ‘memainka’ acara. Dan kali ini, Mas Iqbal cukup kece walau kadang agak sulit dipahami. Karena pembicaranya masih di jalan, jadi Mas Iqbal harus mengisi kekosongan menunggu dengan cuap-cuapnya. Ya, sangat mengurangi rasa tak nyaman ketika menunggu. Akhirnya pembicara pertama datang pukul 09.30 wib. Ya, Hanum Rais penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa yang juga putri Amien Rais datang.
Oh ya, aku lupa memberi tahu hal penting. Aku sedang berada di acara Seminar nasional dengan tema “PATIENCE AND CONSISTANCE ARE THE KEY TO RETURN THE GLORY OF ISLAM”
Karena waktu sudah molor, akhirnya Mbak Hanum langsung dipersilahkan menyampaikan materi. Dibuka dengan memutar trailer film 99 Cahaya di Langit Eropa, Mbak Hanum mulai menguak isi novelnya. Aku sendiri tidak tahu banyak, karena belum baca novelnya, jadi tidak bisa banyak komentar. Dan ini beberapa hal yang aku dapat dar Mbak Hanum,
·         Islam datang dengan dua cara: ilmu pengetahuan , dan toleransi keharmonisan
·         Motivasi bagi diri sendiri klau sedang stuck: Meski klise tapi memang benar, “Harus fokus!” Kalau tiba-tiba merasa ‘berat’, ya beratnya itu harus di move on.
·         Kegiatan mahasiswa Islam di Eropa itu banya, salah satunya bazar barang bekas.
·         Apakah harus jadi kaum minoritas agar semangat kita muncul? Jawabannya tentu saja TIDAK.
·         Zaman dulu orang-orang tergila-gila dengan produk Islam (Timur) sekarang justru kita yang tergila-gila dengan produk Kristenisasi (Barat) yang cenderung produk instan.
·         Sakarang sudah bukan lagi zamannya perang meriam, tapi lebih kepada perang pena (karya).
·         Ada bom atau tidak ada bom, Islam akan terus berambah pemeluknya.
·         Gereja di Eropa ramai bukan karena untuk beribadah, tapi untuk dikunjungi para turis.
Closing statement: Tularkan kepada teman-teman agar bisa jadi produktif!
Tepuk tangan para peserta seminar menutup penyampaian materi Mbak Hanum. Dan acar masih berlanjut, ini yang aku tunggu-tunggi. Ahmad Rifai Rifan, entrepreneur muda yang sangat inspuratif ini akan menyampaikan materi “Kunci Kejayaan Islam ada Didirimu”. Mas Rifai memulai menyampaiakn materi dengan tegas, “Harus ada yang kita bawa ketika keluar dari sini, HARUS ADA!” aku lantas benarkan posisi duduk, kencangkan pegangan bolpen dan bersiap jadi gelas kosong.
Beginilah isi materi dari Mas Rifai yang membuat aku mrinding berkali-kali,
·         Pada sebuah kemajuan teknologi seperti di Romawi, Persia, ternyata ada sisi jahiliyah yang sangat mengerikan.
·         Banyak penemu-penemu Islam yang saat ini seperti tinggal kenangan.
·         Pemuda Indonesi saat ini gampang ditipu oleh hal-hal semu yang bahagianya bersifat sementara.
·         Pemuda Islam itu harus hebat prestasinya. Kenapa? Karena prestasi adalah salah satu ladang dakwah bagi kita. Seorang anak SMA yang lulus dengan nilai UN terbaik mengungkapkan rahsia suksesanya, yakni: menyedekahkan sebagian uang saku, selalu meminta doa ibu, dan tidak pernah SEKALIPUN meninggalkan  belajar setelah salat tahajud.
·         Ladang dakwah itu banyak!
·         Sekaraang ini bukan lagi saatnya menyalahkan pemerintah, orang tua, sistem pendidikan, dan lain-lain. Tapu ini sudah tentang dirimu. Maka, berkontribusilah meski sedikit apapun.
·         Kejayaan Islam adalah keniscayaan. Islam pasti jaya, yang penting adalah APA PERAN KITA? Hanya mau jadi penonton untuk kejayaan Islam? Atau mau berkontribusi meski sedikit apapun?
·         Kunci sukse di seluruh dunia itu sama: dream, action, pray.
·         Mimpilah yang tinggi, jangan yang remeh-temeh atau yang rata-rata. Mimpi yang rata-rata itu yang bagaimana? Ya yang kuliah lalu lulus dan kerja, kemudian menikah. Itu rata-rata! Segera revisi mimpi yang seperti itu!
·         Ketika nanti orang melihat kubur kitam kita mau mereka berpendapat seperti apa?
·         Betapa banyak mahasiswa yang saat ini sangat idealis tapi setelah lulus menjadi sangat realistis.
·         Mulailah dari hal kecil. Berpikir tentang ekonomi global tapi bayar kosan, uang makan, masih minta orang tua. “Saya dulu sejak SMA sudah tidak meminta uang sepeserpun dari orang tua. Kebetulan saya dulu SMA nya di pondok, jadi saya harus memikirkan bagaiman caranya mendapatkan uang untuk makan, bayar sekolah, dan keperluan sehari-hari. Hanya tiga hal itu yang saya pikirkan, dan kemudian saya menjadi tukang pijat ustadz sehingga dapat uang untuk makan. Kemudian agar untuk bayar sekolah saya belajar keras untuk mendapatkan peringkat satu pararel sehingga sampai lulus saya dapat beasiswa. Dan untuk keperluan sehari-hari saya rajin ikut olimpiade-olimpiade, uangnya lumayan. Itu contohnya, asal mau itu mudah!
·         Berbeda itu memang sangat berisiko, tapi jadilah beda! Temukan passion-> fokus, asah -> momentum -> prestasi
·         Amal Jama’i-> berorganisasi. Kita tidak bisa hidup sndiri! Ikuti organisasi apapun, asalkan ada dampak positif, tidak masalah!
·         Orang yang punya mimpi dan visi besar tidak akan mudah menghabiskan waktunya dengan hal-hal remeh temeh. Update status galau misalnya.
·         Jangan hidup seperti air yang mengalir, karena pada dasarnya air itu akan mengalir ke yang rebih rendah. Orang yang hidupnya ngikutin alur dia akan terbawa arus.
·         Banyak orang yang kemudian hidupnya ditentukan oleh orang lain. Maka hiduplah dengan target dan visi yang jelas agar tidak mudah galau atau sedih. Iya, orang yang gampang galau, gampang sedih, itu hidupnya tidak bertarget.
·         JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!
·         Alasan terbesar saya menulis adalah,saya selalu bermimpi ketika di Yaumul Mizan nanti saya kaget melihat catatan amal kebaikan saya, lalu saya bertanya kepada Allah
"Ya Allah, kenapa amalan baik saya sebanyak ini? Saya tidak merasa melakukan amalan baik sebanyak ini." Kemudian Allah menjawab, "Ya, Rifa'i, amalanmu memang tidak banyak. Tapi tulisan-tulisanmu telah menginspirasi orang banyak, sehingga mereka terdorong beramal baik."
·         Menulis impian itu dampaknya besar. Mimpi itu penting, tapi upaya itu lebih penting.
·         Ketika semangat sedang drop bayangkan hal-hal indah ketika impian kita bisa terwujud. Menykasika orang tua kita menangis, bukan karena menyaksiakn kegagalan dan kenakaln kita tapi karena terharu dengan kebrehasilan kita. Bayangkan semua itu, insyaAllah semangat akan muncul kembali. Lalu pikirkan. “Impian saya nggak bisa terwujud jika saya hanya gini-gini saja. Impian saya nggak bisa terwujud jik waktu saya habis untuk hal remeh-temeh.”
·         Jangan terpengaruh dengan teman-teman yang memilih jalan aman.
·         Jangan sampai keluar dari organisasi kita yang selama ini telah memberi kita banyak motivasi dan ispirasi.
·         Jangan sampai ketika kita tiada, nama kita hanya tersisa di atas nisan, jaga produktivitas! Dan sekali lagi, JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!
Tepat ketika adzan dhuhur berkumandang acara selesai. Detak jantungku berdegup tak berirama, berantakan. Closing statement dari Mas Rifai yangsampai diulang dua kali memenuhi isi kepala, iya, “JANGAN SAMPAI ADA DAN TIADAMU DI DUNIA INI NGGAK ADA BEDANYA!”
Aku benar-benar keluar ruangan dengan memebawa banyak hal. Tidak ada yang sia-sia, semua serba menggungah. Ditambah pertemuan dengan banyak kawan spesial menjadikan aku lebih ringan melangkahkan kaki. Mungkin ini ganti silaturahmi dari Allah. Asal kita niatnya baik, pasti Allah akan ganti apa yang tadinya belum kita dapat, ikhlas tentu juga ambil andil.
FYI,Mas Rifai baru berusia 26 tahun, tapi beliau sudah mencapai banyak target kehidupan yang luar biasa dan tidak biasa. Semoga aku, kau, dan kita semua adalah Mas Rifai Mas Rifai berikutnya. Dengan jalan cerita yang berbeda tentunya, karena setipa kita adalah buku dengan judul yang berbeda :)


MABIRU



“Dek Asri, ke mushola dulu  yuk, bantu-bantu acara AMSKI ^^.”
Begitu SMS dari Mbak Sarah. Ketika itu jam dinding di ruang tamu kos sudah menunjukkan pukul 15.50 wib. Sedangkan acara AMSKI dilaksanakan pukul 16.00 wib. Dengan segala daya upaya aku beberes diri dan bersiap-siap, pukul 16.35 wib aku keluar kos dan menuju mushola FMIPA. Bersyukurnya, ketika sampai di mushola –meski sudah telat to the max— masih sempat bantu nyiapin snack. Jadi ya, meski tiadaku tak berarti apapun tapi semoga adaku bisa memberi keringanan walau sekecil apapun. Baah, haha! AMSKI selesai tepat ketika adzan maghrib berkumandang. Setelah acara ditutup semua bersiap absen pada Allah. Ini moment, dimana absenmu tidak cuma sekedar coretan tangan yang sering banget dipalsu buat dititipin ke teman.
Malam ini aku tidak pulang kosan maupun rumah, ada misi penting di buku agendaku yang musti segera dicoret –bukti sudah dilaksanakan— . Yap, malam ini, Jumat, 1 November 2013 akan dilaksanakan kegiatan MABIRU (Malam Bina Ruhiyah) di masjid kampus. Kegiatannya sampai pagi karena ada bonus qiyamul lail 1 juz . Aku sendiri awalnya tertarik dengan acar ini karena ada teman yang menyodorkan pamflet sambil bilang, “Kamu harus dateng!!” Ketika aku melirik temanya, langsung leher ini ngangguk tanpa diperintah otak dulu mungkin, terlalu responsif. Bagaimana tidak, temanya adalah “Ya Allah, Izinkan Aku Jatuh Cinta”
Ba’da Isya’, tepatnya setelah mengisi amunisi, aku dan mbak-mbak lainnya bergegas menuju masjid Nurul Huda. Malam itu Mbak Gesti beneran menjadi penghibur paling kece, bisa banget bikin ngakak-ngakak. Dan Mbak Sarah, biasalah tetap sering aku aniaya. Duh, kasihan sekali mbak aku yang cantik itu. Dan kadang suka bercanda begini, “Mbak kan teraniaya, dan doa orang teraniaya itu mustajab. Doain aku cepet dapet jodoh mbaaak!” baah, haha. Sudadh-sudah, kembali ke ranah yang benar. Sesampainya di Nurul Huda, Alhamdulillahnya ketemu sama adik kelas SMA, Via. Sebenarnya sudah janjian, awalnya mau ketemu di Surya 3 tapi karena aku tadi sore mendadak ada acara jadi aku minta dik Via untuk langsung ke NH saja. Dan Alhamdulillah, tanpa mencari kita sudah langsung saling bersi tatap. Romantis!
Dengan setengah nyawa karena kesadaranku mulai berkurang –ngantuk— kulangkahkan kaki ke dalam masjid. Ngantuk itu perkara rumit, datang sesukanya dan memporak-porandakan isi kepala. Mirip lah sama apa itu namanya, cinta? Oh iya, cinta, itu mungkin.
Aku dan dik Via lantas mencari tempat duduk, tentunya setelah  selesai mengurus administrasi untuk ngambil snack. Ya walaupun dapat tempat duduk lumayan urutan belakang semoga aku tak hilang kesadaran, sebab konsentrasiku kalau sudah lepas jam 20.00wib benar-benar hanya tinggal sekian persen, 30% mungkin. Jadi daya serapku pasti akan sangat menurun, kalau tidak paksa diri untuk fokus, sudah tak ada guna.
Benar saja, ketika acara tiba di sesi sambutan-sambutan mataku mendadak pedas tidak karuan. Beruntung penderitaan itu tak terlalu lama, meski tak bisa dibilang sebentar juga. Acar intipun dimulai, entah pukul berapa,karena aku tak sempat nengok arloji.
Dua pembicara, yakni Ustadz Burhan Shadiq dan Ustadz Moh. Fauzil Adhim sudah bersiap memborbardir isi otak dengan materi yang prediksiku pasti akan namparrrrrr bangeetttt!!!
Ustadz Moh. Fauzil Adhim mulai meluncurkan serangan, kali ini tensinya mulain tinggi karena langsung bahas pernikahan, aku cuma bisa merespon dengan gelengan kepala sambil cengar-cengir, sesekali garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Begini isi materinya,
·         Banyak kata-kata mutiara yang sebenarnya bukan mutiara.
·         “Nanti kalau jodohku diambil orang lain bagaimana?” | “Ya berarti itu bukan jodohmu!”
·         Sebelum akad nikah –bahkan lima menit sebelumnya— kita tidak tahu dia jodoh kita atau bukan.
·         Jangan mengadakan apa-apa yang memang tidak ada asal-usulnya.
·         Jangan menyulitkan dan melambat-lambatkan. Sebab terlambat dan melambat-lambatkan adalah dua hal yang berbeda. Siapa yang paling tahu kapan waktu yang tepat kita menikah ya hanya Allah.
·         Yang diperlukan untuk menikah:
1.       Niat, niat yang tulus. Apa yang sesungguhnya ‘menggerakkan’ kita.sebab banyak yang menikah lantas berantakan, hanya untuk membuktikan bahwa dia laku, dan niatan lainnya yang tak tulus.
2.       Ilmu, carilah ilmunya. Jangan bermain tebak-tebakan.
·         Allah memberikan kita jodoh yang baik, belum tentu kita sama baiknya. BELUM TENTU!!
Begitu isi materinya, kali ini kurang detail karena kesadaran memang benar-benar makin minim. Tapi, mendadak mata seperti dicolok garpu: MELEK! Usadz Burhan Shodiq mengongkang materi dengan awal yang sangat dahsyat dan ditembak tepat ke ulu hatiku, sebuah pertanyaan sederhana sebenarnya, tapi ‘pedaas’.
“Yang bisa mencintai dalam diam, ada?”
Baahhh, bengong langsung!!!
Dan ini materi “Ya Allah, Izinkan Aku Jatuh Cinta” akan dukuliti. Begini isinya,
·         Seorang ikhwan lebih galau ketika melihat perempuan berhijab tertutup daripada yang pakai ‘you can see’. Kenapa? Ya karena mana ada orang mau membeli roti yang sudah dibuka dari bungkusannya kalau ada roti yang masih dibungkus rapat?
·         Cinta itu awalnya dari naksir. Sedangkan naksir itu awalnya dari pandangan. Maka, berhati-hatilah dengan pandangan!
·         Ketika mata sudah saling bertatapan, semua langsung terekam ke otak.
·         Kemudian naksir naik tingkat menjadi dekat. Dekat itu kalau sudah seperti apa? Ya kalau sudah minta nomer HP kemudian lanjut searching FB, stalking twitter.
·         Banyak yang khusyu’ berdoa di jejaring sosial, padahal amalan itu kan hanya urusan kita dengan Allah.
·         Kelemahan akhwat adalah suka curhat. Dan kelebihan ikhwan adalah mau menerima curhatan. Karena, suara tenornya itu melegakan.
·         Ikahwan, kalau Anda tidak ada niatan memiliki hatinya, jangan dimain-mainkan! Dan akhwat, yang tegas! Jangan mau di PHP.
·         Cinta. Ya kalau sudah cinta, sudah rela berkorban apa pun.
·         Silent love: cintailah dalam diam, kamua hanya bisa menatapnya dari jauuuh, tak bisa menyentuhnya, dan bahkan jangan mengatakannya dengan sesama akhwat. Simpan untuk dirimu sendiri, rapat-rapat.
·         Jadilah seolah seperti putri yang tertidur bertahun-tahun yang hanya akan bangun ketika sudah menemukan pangeranmu. Jangan jadi putri yang bangun selamanya hanya karena dicimu kodok-kodok.
Usai akad nikah, suaminya menggandeng tangan istrinya. Kemudian istrinya malau-malu, sang suami bilang “Ayo, tidak apa-apa, kamu kan sudah jadi istriku.” Mereka secanggung itu karena baru sekali menggandeng lawan jenis, dan itu moment indah. Jangan sampai usai menikah kita malah sudah bosan dengan pasangan kita karena sudah sama-sama tahu baik buruknya.
·         Kenapa istri saat berjalan ingin digandeng suaminya? Karena sang istri hanya ingin diyakinkan bahwa ketika berjalan dengan suaminya semua kana berjalan baik-baik saja.
·         Semua karena Allah, ayo bersih-bersih hati! Karena kalau sudah ada satu nama masuk ke dalam hati, maka akan sulit hilangnya. Ini berlaku untuk akhwat, karena biasanya para ikhwan kalau hilang satu masih ada yang lain.
·         Beda modus dan tulus itu tipis. Tulus ketika kita memberikan sesuatu kepada si dia agar makin dekat dengan-Nya, modus juka tujuannya adalah ketika kita memberikan sesuatu itu agar si dia selalu ingat dengan kita.
·         Cinta kalau ditabur dengan pengorbanan makan akan semakin besar.
·         Memenuhi keinginan dia lebih mudah daripada memenuhi keinginan Dia. Bertemu dengan dia bisa sangat menyenangkandan betah lama-lama, tapi ketika bertemu dengan Dia sangat buru-buru. Kenapa? Karena kita tak pernah benar-benar mencintai Dia. Harusnya kalau kita mencintai Dia, kita bisa lebih gugup ketika bertemu Dia ketimbang ketika bertemu dia.
·         Kita bilang cinta sama Allah tapi nggak pernah berkorban. Mana bisa??
·         ALLAH ITU HARUS DI ATAS SEGALA-GALANYA!
·         Ada pesan seorang ibu untuk anak perempuannya yang baru menikah:
1.       Jaga mata suami kamu, dari yang tidak enak dipandang dari kamu
2.       Jaga hidung suami kamu, dari bau yang tidak sedap dari kamu.
3.       Jaga perut suami kamu, dari kelaparan.
·         Istri ingin tidur duluan, kenapa? Karena ketika istrinya tidur duluan, ia ingin diyakinkan. Bahwa ketika tidurpun masih ada yang menjaganya.
·         Kadang kita bilang LOVE itu tidak LOVE beneran.
·         Ikhwan yang tidak jadi-jadian itu sudah terlihat dari cara dia bicara, bagaimana dia berkomitmen, dari cara dia berjanji. Tapi akhwat harus tetap waspada, jangan tertipu hanya karena cara bicara dan penampilan.
Begitulah materinya, dadaku sering mendadak sesak karena kesindir. Satu pertanyaan yang menutup malam itu dan juga menutup tulisan ini, “Hakikat cinta sejati kita selama ini, lebih besar untuk Dia atau dia?”