Sabtu, 9 November
2013
Ba’da salat subuh
sebenarnya aku sudah ikut nimbrung anak kosan lainnya nyedot udara pagi di
depan pintu kosan, Subhanallah segarnya udara pagi bikin badan juga tidak kalah
segar. Tapi sayang, sepuluh menit kemudian aku kembali merangkak ke kamar dan
seperti biasa, tidur lagi. Tunggu dulu, aku punya pembenaran! Semalam itu aku
pulang kos sudah malam karena ada acara di kampus, sudah begitu masih
dilanjutkan acara nonton tivi berjamaah dengan teman-teman sampai larut malam. Oh
ya,semalam juga ‘belajar’ dulu buat bedah buku hari ini. Sampai temanku ada
yang bilang, “Ah koe, nek ameh ujian wae blaas ra tau sinau, bareng ameh bedah
buku wae belajar.” Aku ngakak saja dengar komentar temanku itu.
Beruntung ke-kebo-an
ku tidak berlaku hari ini. Aku bangun tepat waktu, tidak kurang dan tidak
lebih. Pokonya tepat! Akhirnya setelah nyawa benar-benar terkumpul aku mulai
beberes. Dan seperti biasanya lagi, hari ini tidak ada jadwal sarapan. Pokoknya
kalau ba’da subuh itu tidur lagi, aku cuma punya waktu untuk beberes berangkat,
tidak ada waktu untuk sarapan. Oke, ini risiko. Setiap hal yang kau pilih itu
pasti kan ada risikonya, jangan mau ambil enaknya saja.
Pukul 08.00 wib,
aku, Bundo, Eka, dan Risala bergegas berangkat ke Fakultas Teknik UNS. Di FT
kebetulan aku sudah kencan dengan mahasiswi teknik paling kece, siapa lagi
kalau bukan Nur. Nur jadi guide sesaat kami, ia mengantar kami dari parkiran ke RSU FT. Tersebab Nur masih
ada agenda mengerjakan tugas jadi doi tidak bisa ikut serta dalam acara bedah
buku kali ini, yaaah sedih deh.
Sabtu pagiii yang
cerah ditemani Angsana yang berguguran di seantero kampus, lengkap dengan
agenda yang kecenya Masya Allah! Ya, hari ini aku dan teman-teman berada di
acara “Gema Muslimah ‘Beauty Jannaty’” bersama Mbak Norma Keisya Avicenna, Mbak Deasilawaty P.,
dan juga Bu Zeny. Iyaaa, gimana nggak kece cobaaa? Pembicaranya Mbakkk
Normaaaa, Mbak tercintaaakuuuuuuuu. Makanya, hari ini antusiasmeku bener-bener
berpangkat-pangkat. Semangat meletup-letup dan aaaah pokonya bahagiaaaa. Karena
terakhir ketemu Mbak Norma itu hampir setahun lalu, waktu Mbak Norma nikah –tepat
setahu lalu terhitung hari ini 10 November— aku juga tidak bisa datangg. Jadi kangeeeennn
beneeerrrr, apalagi mbak aku yang satu ini makin hari makin kereeen ajaaaa. Beauty
Jannaty itu yang nulis Mbak Norma, kece kan? Kece dong!!
Setelah absen dan
dapat jatah snack, aku dan teman-teman lantas masuk ruang bedah buku. Tempat duduk
masih cukup longgar jadi bisa milih bebass, mau gulung-gulung juga masih
bisaaa. Aku dan teman-teman memilih duduk di kursi baris kedua yang ada di
tengah, ini posisi teroke. Sepotong roti dari mbak panitia langsung ludeees. Sambil
menunggu acara dimulai seperti biasa, gegojekan tidak jelas. Sampai akhirnya
acara dibuka sama Mbak Desi sang pembawa acara. Berlanjut sambutan-sambutan dan
senandung merdu dari teman SMAku juga, Witriaaaaa. Ajib beneer daaah
suaranyaaa. Tapi maaf, aku tidak tahu lagunya. Paling pol aku lagu itu ngerti paling
Kereta Malam sama Bukak Sithik Jos, ya elaaah sesaaat amaaat.
Witria yang juga berperan
menjadi moderator kemudian memperkenalkan pembicara. Ini nih, aku mulai
berulah. Waktu diputarkan video perjalanan karier nya Mbak Norma aku histeris
pas nyampek di jenjang SMA nya Mbak Norma. Soalnya muka abangku ada di antara
teman-teman sekelas SMA nya Mbak Norma. Sontak aku histeris dan teriak refleks “Eh
masku ! Masku!” , bener macam acara termehek-mehek yang sudah lama tidak ketemu
abangnya begitu. Teman-temanku yang duduk disebelahku kompakan tepuk jidat
sambil mringis nahan malu, karena semua mata mendadak tertuju ke arah kami. Maafkan
dakuuu, keceplosaaan!! Keadaan kembali kondusif, Mbak Norma lantas duduk di
meja pembicara. Eh Mbak Norma langsung lihat aku dan dadah-dadah, aku heboh
lagi dan dilihatin banyak orang lagi. Entaaah, urat maluku ketinggalan di meja
kosan mungkin.
Mbak Norma lantas
memulai menyampaikan materi, diawali dengan membaca puisi yang bikin mrinding
dan semangaaat banget. Ini nih beberapa materi yang sempat aku catat:
·
Anatomi akwat:
1. Mata:
menjaga pandangan.
2. Otak:
berpikir positif.
3. Mulut:
tidak terbuka kecuali untuk membicarakan hal-hal yang baik dan benar serta
bermanfaat.
4. Tangan:
suka menolong dalam kebajikan.
5. Perut:
terjaga dari makanan yang syuhbat, apalagi haram.
6. Kaki:
selalu berjalan di atas jalan kebaikan.
·
Manusia itu memiliki tiga hal komponen yang
sama:
1. Jasadiyah
2. Fikriyah
3. Ruhiyah
·
Masih ingat rumus Einstein? Ya, E = mc2
Dimana setiap manusia itu memiliki E yang
sama, M yang sama yakni waktu 24 jam,tapi memiliki C yang berbeda-beda. Potensi,
kita harus menggali potensi dalam diri kita semaksimal mungkin karena itu yang
memberikan hasil berbeda.
·
Apa yang membuat kita harus selalu kembali
semangat? Ya, dzikrul maut.
Kita
harus mempunyai harapan: kelak ketika kita tiada kita bisa meninggalkan hal-hal
baik untuk orang banyak.
·
Jasadiyah: makan sehat, tidur cukup; Fikriyah:
makan-minum sehat, kuasai ketermapilan teknis, info manfaat; Dzikrullah: baca
Al Qur’an, jauhi maksiat, Lillah Billah Ilallah (semua karena Allah), perbanyak
ibadah.
·
Manusia: insan yang fluktuatif.
Bagaimana
caranya menjaga rukhiyah?
Senantiasa
dicek salatnya bagaimana? Baca Al Qur’annya bagaimana?
·
Hati ibarat panglima yang menentukan baik/buruk
seseorang.
·
Kelak, setiap aksara akan dimintai pertanggung
jawaban.
·
Sudah shalihah kah saya?
1. Shalihah
adalah sebuah identitas yang lahir dari karakter diri.
2.
Karakter diri merupakan buah keimanan yang
mengakar kuat di dalam hati.
Begitulah materi
yang disampaikan Mbak Norma, tidak aku catat lengkap karena waktuku habis untuk
melongo memperhatikan cara penyampaian Mbak Norma yang semangattnya luar biasa
meski sedang tak enak badan. Kemudian Mbak Norma menutup dengan hal yang
menyayat-nyayat hatiii. Jadi Mbak Norma meminta para peserta yang sekarang
sudah memenuhi seisi ruang seminar untuk
mengeluarkan HP. Kemudian Mbak Norma berkata, “Coba sekarang SMS orang tua
kalian, bolah Bapak atau Ibu. Yang isinya kurang lebih seperti ini, ‘Assalamu’alaykum
Bapak/Ibu, doakan saya agar menjadi anak yang sholihah. Doakan juga supaya saya
bisa meraih cita-cita, mengetuk pintu surga untuk Bapak/Ibu. Doakan saya ya..”
Send to: Bapak. Ah
, layar HP ku langsung kebas oleh air asin yang bersumber dari kedua mata ini. Nanti
siapa yang berani membacakan balasan SMS dari orang tuanya dan membacakan
harapan di tahun ini ke depan bakal mendapat kado spesial. Aku dag dig dug
menunggu balasan dari bapak, bukan karena pingin dapat kadonya tapi takut kalau
bapak mendadak kenapa-kenapa setelah baca SMSku tadi. Iyaa, ini baru aku
lakukan sekali seumur hidup SMS seserius itu ke bapak. Takutnya nanti bapak
ngira aku nya lagi sakit atau kesurupan begitu kan repot.
Masih menanti
balasan SMS dari bapak ,aku kembali mengikuti jalannya acara selanjutnya. Ibu Zeny
menyampaikan materi tentang cantik dari dalam begitu, dan juga tentang ibadah. Kemudian
dilanjutkan pembicara ketiga, yakni Mbak Deasilawaty penulis buku ‘A Piece of
Love in Korea’. Yang materinya tentang kepenulisan,
·
Meceritakan suatu bab dalam buku jangan seperti
kalau hanya presentase lima menit di depan audience.
·
Ketika menulis buku jangan melulu sebagai
kumpulan dalil, nanti membuat pembaca jenuh.
·
Rajin membaca adalah syarat mutlak untuk membuat
buku.
·
Anak kecil yang akan lomba karate itu awalnya
juga tidak bisa tapi pada akhirnya dilatih oleh pelatih secara rutin. Yang kemudian
bisa menjadi pemenang, nah kalau anak kecil saja bisa, masa kita tidak?
·
Menulis bukan sesuatu yang serta merta, harus
melalui proses.
·
Kita perlu membuang bab yang tidak perlu.
·
Membaca ulang akan membuat kita menyadaru ‘lubang-lubang’
yang perlu ditambal/
·
Apa yang ada di kepala, tulis dulu!
Begitu materi
yang disampaiakn Mbak Deasilawati.
Mendadak jantungku
berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Deg, bapak bales SMS ku. Aku
sudah panik dan heboh, takut-takut buka buka inbox. Dan taraaa, balesannya
minimaliss sekali. Cuma, “Iyo, nduk. Muleh ora?” . Yaa elaaaah, padahal kanan
kiri aku balesan dari ortunya panjang-panjang. Yaa, tapi lega dehhhh. Ini SMS
paling bikin ndredeg sepanjang hidupku.
Lanjut ke acara
yaa. Tiba di sesi tanya jawab. Waah, banyak banget yang pengen nanyaaa.
Salah satu
pertanyaan yang aku suka adalah tentang apa yang suka dibaca oleh para
pembicara dan tips menulis begitu kira-kira. Dan jawabannya dari Mbak Norma:
Saya memulai
menulis dari yang saya alami, yang say tahu. Mengupas hal-hal yang terjadi
sehari-hari dan dikemas dengan unik. Kalau inspirasi itu datang dari mana saja.
Alasan terbesar saya menulis adalah karena saya tidak
mau ketika di waktu terakhir saya nanti hanya tertinggal tiga hal: Nama. TTL,
dan tanggal wafat.
Harus ada yang 'diwariskan' ketika kelak saya tiada.
Harus ada yang 'diwariskan' ketika kelak saya tiada.
Beeeh, mrinding!!!!!
Acara berlanjut, seperti biasa bagi-bagi doorprise. Tiga peserta
diminta maju, satu orang merangkum materi yang disampaikan pembicara dan dua
orang memberikan komentar serta kritik dan saran jalannya acara. Teman-temanku
heboh nyuruh aku maju, kemudian aku mulai antusias, ya siapa tahu hadiahnya buku, lagi pula kalau
komentar aja gampang, kan udah sering lihat Mas Darto sama Mas Danang komentar.
Ya elaaah! Haha. Yeeaaah, akhirnyaaa aku majuuuuuu! Dengan langkah anggun,
karena hari ini aku pakai sepatu cantik jadi tak bisa jalan seenaknya seperti
biasanya.
Salah satu alasan aku
mau maju karena ini acara khusus akhwat jadi bebass. Bukan apa-apa, takutnya
kalau acaranya sama ikhwan nanti jadi pada ilfeel sama aku. Bukan apa-apa lagi,
tapi nanti takutnya di salah satu ikhwan itu terselip jodohku kan gawaat. Sebab,
pasti aku bakal berulah. Patiiii!! Eh tapi kan, bukannya kalau pasangan itu
harus mau menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya ya? Ya elaah, haha!
Peserta pertama merangkum materi dengan detail, peserta kedua
memberikan komentar dengan bijak. Tibalah si microphone ke tanganku. Mendadak blank.
Tidak disangka dan dinyana, kata yang pertama keluar dari mulutku itu tidak elegan sama sekali, aku
bilang “Anu, ehh...” Ya ampuun, seruangan langsung ketawa. Kata temanku, Mbak
Norma juga sampai ikut ketawa. Duh, maluuu. Alkhirnya karena kondisi sudah
makin tak kondusif, aku ngomong sekenanya aja. Seingatku, aku cuma komentar
kalau snacknya kurang dan lebih keren kalau ditambah arem-arem begitu. Dan sekalian
aku bilang kalau ngefans bhangeeettt sama Mbak Norma. Kesempatannn iniii.
Biar deh komentarku paling tidak berbobot, yang penting bisa
membuat banyak yang tertawa. :D
Nah usai acara, aku dan teman-teman memaksimalkannya buat
foto-foto sama Mbak Norma. Yipiiiihhh, dipeluuuuk sama Mbak Normaaa. Kangeeennnn..........!!!!!!
Tapi nih, nggak orangnya nggak tasnya bikiiin ulaah semuaaaa. Jilbabnya Mbak
Norma kesangkut di tas aku, maafkan ya Mbaak. Dipuas-puasiiin dehhh tuhh
foto-foto, minta tanda tangan juga, dan di buku Beauty Jannatyku ditulis begini
sama Mbak Norma,
To: Dek Asri Shalihah
Jadilah wanita
yang layak dicemburui para bidadari!
Love
Keisya Avicenna
Cieilaaaah,
dalemmmmmmm! :’)
Setelah puas
heboh-hebohan foto sama Mbak Norma, aku dan teman-teman pamit pulang. Cipika-cipiki
dan ngobrol sebentar menjadi penutup perjumpaan siang ituu. Sampai ketemu di
lain kesempatan Mbak Norma, semoga lekass sembuuuh yaa :) Maafkan adikmu yang
banyak tingkah ini yaaah :)
Oh iya, FYInih
aku tidak jadi dapat buku dan malah dapat perlengkanpan kecantikan. Sungguuh,
aku lebih seneng dapet bakso daripada dapat beginian. Tapi ingattt, harusss
bersyukuuuuur!! Beruntung teman-teman mau mengingatkan untuk bersyukur. Akhirnya
aku pulang membawa banyak hal membahagiakan. Tentang hakikat beauty yang sebenar-benarnya,
pertemuan yang luar biasa, dan pembelajaran hidup yang luar biasa. Aku ingat
banget pesan Mbak Norma dari jamaan duluuuu itu, tentang mimpi yang kemudian
dilanjutkan dengan action. Mbak Norma adalah contoh nyata, tentang pesannya
waktu itu. Kesuksesan Mbak Norma juga berawal dari mimpi. Lalu tunggu apa
lagi?? Mari bermimpi dan beraksiii. :)
Semoga harapan Mbak Norma di awal acara tadi terwujud, yakni semoga
pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang menyembuhkan. Menyembuhakn sakitnya
Mbak Norma dan menyembuhkan 'sakit'nya aku.
Sebuah pengharapan
tersemat siang itu, “Semoga kelak, aku bisa duduk di samping Mbak Norma dalam
acara serupa, namun bukuku yang dibedah.” AAMIIN :D