Friday, January 11, 2013

PRASASRI 1



Kenalin, nama saya Setya. Tahun ini kebetulan saya mendapatkan keberuntungan bisa menjadi mahasiswi di salah satu universitas negeri di sebuah kota yang terkenal dengan sego liwetnya. Jurusan yang saya ambil sangat kontras dengan cita-cita saya, mereka bilang ini gila dan saya juga bilang ini gila. Mata saya mengalami cacat, tidak bisa melihat jarak yang agak jauh. Iya, minus. Oleh karenanya, kaca mata berframe biru selalu menjadi pemandu mata saya untuk memperjelas langkah kaki daya. Kata teman-teman penampilan saya seperti anak alim, tapi kelakuan saya bisa menyamai preman. Tak jarang mereka tertipu oleh penampilan saya, ya bisa dikatakan saya memang munafik dan bermuka dua. Rumah saya dari kampus cukup jauh, sekitar satu jam jika ditempuh dengan jalur bis umum. Sebenarnya saya punya kos-kosan, tapi cuma saya pakai kalau saya pulang malam dan kehujanan. Selebihnya saya pilih pulang,  alasannya banyak. Pertama, tentu di rumah memang lebih nyaman. Kedua, ini alasan yang sebenarnya tidak mau saya umbar tapi biar saja semua tahu. Adik saya suka sendiri di rumah, dan meskipun tanpa saya dia juga akan baik-baik saja, tapi dengan saya setidaknya ia tidak perasa kesepian.  Saya bersyukur, Tuhan ngasih ke saya kehidupan yang nggak pernah lempeng. Hal itu ngebuat saya jadi lebih waspada, meski tak jarang saya masih suka jatuh pada lubang yang sama. Iya, saya bego.
Beruntung, saya besar di tengah keluarga yang menanamkan tata aturan secara real. Bapak ibu saya jarang nasihatin saya secara formal. Mereka lebih sering ngajak saya jalan, kemudian memperhatikan orang-orang yang ada dan mereka suka nyelipin nilai moral di tengah-tengahnya. Misalnya, ada cewek yang pakai baju ketat. Ibu saya bilang, “Kalau pakai baju seperti itu nanti jadi tidak dihargai laki-laki, nggak sopan. Makanya, pakai baju jangan yang ketat.” Atau waktu ada sepasang pemuda-pemudi yang sedang asyik memadu kasih, Ibu saya bilang “Anak muda, nggak mikir akhirat. Jangan sampai anak Ibu ada yang seperti itu. ” Hal-hal seperti itu yang membuat saya berjuang keras untuk menjauhi hal-hal yang tidak disukai bapak dan ibu. Kakak saya adalah sosok ideal, sukses menjadi teladan bagi adik-adiknya, saya bangga punya dia dan saya berharap suatu ketika dia juga merasa bangga punya saya. Sayang, ibu meninggal disaat saya masih sangat membutuhkan belaian hangatnya, hidup saya berantakan. Sebentar, lalu hidup saya kembali normal, tentu berkat keluarga dan teman-teman yang luar biasa. Bapak saya selalu bilang “Jangan suka mendem masalah sendiri.” Ya, saya memang pribadi yang suka cerita. Waktu ibu masih ada setiap hari saya selalu cerita apa saja yang terjadi muali dari saya bangun tidur sampai saya tidur lagi. Akhirnya, ibu saya membelikan saya buku diary biar cerita saya nggak ilang gitu aja kayak angin. Sejak SD saya sudah nulis diary. Hobbi saya waktu SD juga unik, saya suka beli buku-buku kecil yang dijual di emperan sekolah. Buku-buku berisi tentang cerita horor yang terdiri dari 10 halaman. Tidak hanya itu, saya juga mengkoleksi buku cerita bonus dari susu formula yang saya konsumsi. Meja belajar saya penuh dengan buku-buku semacam itu. Iya, saya suka menulis dan membaca, sejak SD. Pas kelas 6 saya nyaris kepilih buat maju lomba sinopsis, tapi karena saya terkenal pecicilan sedangkan lomba itu tidak sekedar mengarang dan menulis tapi ada presentasinya jadi saya tidak jadi ikut. Tidak apa, saya masih tetap senang dengan cara saya.
Sampai sekarang, saya masih suka membaca dan menulis. Kebanyakan orang mengira minus saya terus bertambah karena terlalu banyak menghapal rumus. Padahal itu terjadi karena saya selalu melahab novel-novel beratus-ratus halaman dengan tiduran. Saya juga punya mimpi untuk menjadi penulis, rasanya pasti bangga kalau tulisan saya ditweet atau diupdate status. Menyenangkan ya, apalagi kalau tulisan saya bisa mebuat orang di sekitar saya tertawa atau setidaknya merasa senang. Semoga segera ada tindakan nyata dari saya untuk mewujudkan impian itu.
Mungkin ini sedikit perkenalan dari saya, untuk celoteh saya selanjutnya mungkin saya akan bercerita tentang teman-teman saya yang luar biasa.


No comments:

Post a Comment