Saturday, January 12, 2013

Dear, Mbak Citra :)


Semalam sengaja aku putuskan untuk berbaring di ranjang lebih awal, karena sebelum maghrib aku muntah-muntah dan kliyengan tanpa sebab. Tapi ternyata mataku awet terjaga, akhirnya Sepatu Dahlan yang aku pinjam dari Nur menjadi teman malamku. Agenda untuk remidi kalkulus esok hari bahkan tidak terpikirkan, semua bukuku tertinggal di kos ditambah kepala yang serasa mengalami obesitas ini tidak bisa diajak kompromi. Aku benar-benar pening memikirkan ini itu, remidi yang seabrek, nilai yang bobrok, semuanya melengkapi pening kepala ini. Keesokan harinya seperti biasa adzan subuh membangunkanku, kubuka mata perlahan dan berharap pening di kepalaku menghilang. Tapi ternyata tidak. Dengan langkah gontai aku ambil air wudhu dan menunaikan salat subuh dengan tertatih. Sehabis salat kuputuskan untuk kembali meringkuk di ranjang, pening ini membuat tidurku seperti tidak tidur. Aku merasa sedang mengalami hal yang nyata tapi ternyata hanya halusinansi atau mungkin mimpi, entahlah. Benar saja, aku tidak punya daya untuk ke Solo dan akupun merelakan remidi itu. Kasihan Bapak, pekikikku dalam tangis pagi ini. Pukul 09.00 aku bangkit dari ranjang, sekonyong-konyong aku kuatkan diri untuk makan. Nafsu makanku memang tidak pernah berkurang, sekalipun dalam kondisi mengenaskan. Haha.. Hari ini Bapak libur, beliau menanyakan kondisiku apakah masih pusing, dan aku hanya mengangguk. Bapak lalu bilang, “Mungkin pusingnya karena kaca matanya sudah tidak cocok, minusmu tambah lagi. Besok Senin ke rumah sakit saja cek minus.” Bapak mencoba menenangkan dan berlalu.

Akhirnya kuputuskan untuk menghibur diri dengan menulis, menceritakan teman-teman di masa lalu yang sangat luar biasa. Hingga pukul 10.30 WIB aku masih asyik dengan hobiku ini. Tiba-tiba Bapak mengetuk pintu kamarku, “Nduk, Nduk, Dapet kiriman iki hlo.” Dengan perasaan antusias aku terperanjat dan menghambur ke luar kamar. “Seko sopo, Pak?” tanyaku antusias. “Seko Pak Pos, bukak sik ndang.” Kata Bapak sembari menyodorkan sebuah amplop besar yang biasanya untuk mengirim lamaran kerja. Di ujung amplop tertera sang pengirim, “Dari: Citra Pertiwi”. Senyumku mengembang seketika, dan membuka amplop itu dengan  suka cita tak terkira. Bapak yang tak kalah penasaran ikut membantuku membuka. “Dari sopo, Nduk? Kok enek kadone? Ulang tahunmu bukane ijik sue, ya Nduk?” Pertanyaan Bapak membrondongku seketika. “Hu.um. Pak. Eh iki seko kakak kelasku pas SMA, Pak. Mbak Citra, padahal sing bar ulang tahun Mbak Citra hlo Pak tapi kok sing dikado aku yo?” Tanyaku pada Bapak yang masih ikut membuka kertas kado. Aku juga menceritakan kalau aku beberapa waktu lalu sempat bertukar pesan via FB dengan Mbak Citra, waktu itu aku mengucapkan selamat ulang tahun pada kakakku yang hebat itu dan tiba-tiba dia bertanya apakah aku sudah membaca sebuah buku yang berjudul “Date Note” apa belum. Aku lantas menjawab belum, dan tanpa ba bi bu Mbak Citra langsung minta alamat rumah selangkpa-lengkapnya. “Wah. Kok yo apik timen kakak kelasmu iku, Nduk.  Sekolah e ngendi saiki? Diwenehi buku to? Gek dikabari kana nek wis tekan, ojo lali maturnuwun.” Kata Bapak sambil membaca judul buku dari Mbak Citra. “Iya.. Nang UNDIP, Pak. Ketok’e Mbak Citra mudeng yen aku setress kuliah, Pak. Hahahaha” Bapak hanya membalas pernyataanku itu dengan tawa kecil dan berlalu meninggalkanku dengan kebahagiaaku yang membuncah ruah di dalam kamar. Tuhan memang mendatangkan kebahagiaan dengan cara yang tidak terduga-duga.

Sebuah buku berjudul  DATE NOTE karangan Haris Firmansyah PLUS sebuah notebook lucu pemberian dari Mbak Citra kini ada di dekapanku. Aku peluk erat dua buku itu sambil menyunggingkan senyum terbaikku, pening itu hilang sendirinya. Tapi aku masih mencari, mencari surat atau apalah yang biasanya ada pada sebuah kiriman. Di dalam amplop tidak ada, dan di dalam kertas kado juga tidak ada. Aku mulai mebuka notebooknya, siapa tahu ada di dalamnya tapi nihil. Lalu, aku buka buku Date Note, ada selembar kertas buram terselip di tengah-tengah halaman. Seperti usai mendapatkan harta karun, aku bahagia sekali. Ku baca surat itu,
                                                                                                                                                                                           11 Januari 2013

Dear Asri, yang tahun ini bakal nerbitin buku. (amin)

Buku ini buat kamu ya. Bukan karena buku ini bagus banget ataupun buku yang harus dibaca. Tapi lebih karena, orang yang menulis buku ini, hanya iseng untuk ikut lomba, tapi tidak menang,  namun oleh penerbit, buku ini ‘dilamar’. Jadi aku percaya, bahwa tulisan kamu pun, pasti bisa terbit di penerbit mayor.
Yakinlah! :). Aku juga mempunyai kenalan, dia suka nulis, tapi susah banget ngeyakinin buat segera nulis satu naskah untuh. (Selama ini dia cuma nulis fanfic –sejenis cerpen-) dan pada akhirnya dia mencoba, di tahun yang sama juga, tidak berselang lama (mungkin 3-4 bln) dia mendapat kabar bahwa naskahnya diterima dan memang, mulai awal Desember 2012 yg lalu, aku sudah menjumpai bukunya terpajang di rak toko buku :) Jadi bersiaplah, karena mimpi yang diusahakan, bisa terwujud sewaktu-waktu, secepatnya bahkan! Jika kamu berusaha! :)

Oh ya, tetap berjuang untuk kuliah ya! Kamu masuk Matematika itu keren! :D Berhenti meng-underestimate dirimu sendiri. Yakin di tahun ini kamu wujudkan satu-satu dari keinginanmu

Tetap semangat,
Ganbatte! Hamasah!




                                                                                                                                                                                                                      Yg menanti buku Asri terbit
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Citra

*maaf ya tulisannya nggak genah :D

 Air mataku menetes bercucuran, aku mulai sesegukan. Tak ingin surat itu basah karena tetesan air mata, aku melipatnya kembali dan menaruhnya di sela-sela buku Date Note. Mbak Citra, batinku memanggil namanya. Ingin rasanya bertemu denganmu, Mbak. Memelukmu dan menangis di pelukmu. Terima kasih untuk segala hal yang telah kamu berikan Mbak, buku, semangat, inspirasi, perhatian, dorongan, dukungan, dan hal-hal lain yang selalu membuatku percaya diri dengan tulisanku. Kirimanmu sudah sampai Mbak, bagiku ini lebih dari sebuah kiriman buku tapi ini seperti kiriman semangat dan harapan yang kamu kirimkan untukku disaat aku benar-benar sedang tak punya daya, Mbak. Aku terharu, ternyata kamu begitu mempedulikan mimpiku. Aku akan berusaha mengejar keinginanku Mbak, dan salah satunya akan aku persembahkan untukmu Mbakku sayang.. :)

Oh ya, Mbak.. tapi bukannya kebalik ya? harusnya aku yang ngado Mbak Citra, heheh

Dari Mbak Citra, aku belajar bagaimana caranya untuk peduli dengan cita-cita orang lain. Iya, orang lain itu butuh kepedulian dari kamu. Mulai sekarang, mari sama-sama mencoba untuk peduli dengan mimpi teman-teman di sekitar kita. Kita dukung mereka, walaupun dengan cara-cara sederhana tapi aku yakin mereka sangat membutuhkannya. :)
 

No comments:

Post a Comment