Friday, January 11, 2013

Pilihanku+Pilihanmu=Pilihan Kita (?)


Alhamdulillah, masih dikasih napas untuk hari ini. Walaupun hidup kadang tak adil tapi cinta lengkapi kitaaaa *yaah malah nyanyi -_-. Yuk, bareng-bareng mulai hari ini saling mengingatkan untuk mensyukuri segalaaaa nikmat yang bagi kita ‘mungkin’ sepele tapi bisa jadi bagi orang lain itu adalah hal-hal yang didambakan. Contohnya, bisa napas tanpa alat bantu, bisa jalan dan lari-larian, bisa ngelihat segala sesuatu yang ada, bahkan bisa menangis :). Kemarin, saya melihat seorang nenek yang kurus,  terlihat sanggul mungilnya didominasi mahkota yang memutih, dengan mengenakan seragam parkir  raga tuanya tertatih mengarahkan laju mobil di pinggir derasnya arus jalanan. Tapi sang nenek masih sempat menyunggingkan senyum sambil menerima recehan dari sang empunya mobil. Senyum :) , iya senyum :), entah apa tapi kekuatan senyum itu dahsyat. Ya,, kalau udah syukur ..yuk senyum :).
Kalau udah bersyukur dan tersenyum mari kita berpacu dengan emosi. Tahan emosi, buat ngetes sekuat apa sih syukur dan senyummu :) silahkan hitung berapa kali hari ini kamu cemberut atau ngambek atau sekedar menghujat hal-hal nggak penting. Nanti pas mau tidur malem, flash back lagi apa-apa aja yang udah terjadi hari ini trus diinget-inget berapa kali nggak tahan emosi, nah kejawab deh tuh setahan apa emosi kamu :). Selamat mencobaa yaa ... :)
Kalau semua elemen di atas udah siap yuk masuk materi. Kali ini saya mau nyeloteh tentang ‘pilihanku+pilihanmu=pilihan kita(?)’. Buat yang lagi galau milih sesuatu, atau buat yang sama sekali nggak galau wajib nih nyimak celoteh saya. Huahaaa maksa!
Soal pilihan memang tidak selamanya bisa sesuai harapan. Apalagi kalau sudah menyangkut masa depan. Kita dituntut buat nggak boleh egois tapi juga harus kritis. Biasanya ini terjadi pada anak-anak yang mau milih jurusan kuliahan, waaah heboh! Si anak pengen ini, eh orang tuanya pengen itu, belum lagi abangnya pilih yang lain. Trus gimana?? Kata siapa yang harus diikuti??
Sebelum terlambat makanya harus cermat.
Pertama, sebelum minta pendapat sama orang lain kita sudah harus punya gambaran tentang keinginan kita. Nggak jelas nggak papa, yang penting kita tahu arahnya. Karena ada hlo orang yang nggak tahu apa sebenernya keinginan dirinya sendiri. Iya, itu terjadi bisa karena udah ngerasa nggak punya bakat sama sekali, atau mungkin karena saking banyaknya yang ngasih saran sampai dia ngerasa nggak punya ruang untuk memilih yang benar-benar diinginkan. Contohnya nih, semisal ada anak kecil yang disodorin permen, coklat, boneka, dan permainan lucu lainnya, dia bingung dan akhirnya asal ambil.
Kedua, jangan takut bilang terus terang apa yang kamu mau! Mungkin, ada orang yang agak gengsi mengutarakan apa yang diinginkannya karena tidak sesuai dengan tradisi keluarga. Hloh kok gitu? Padahal kan setiap orang punya bakat masing-masing, toh nggak ada ketentuan kalau kakanya dokter adiknya juga harus dokter, atau bapaknya pembisnis anaknya juga harus pembisnis, iya kan? Setiap orang punya jalan kehidupan, percuma dong orang dilahirkan berbeda-beda kalau pada akhirnya ‘dipaksakan’ untuk sama. Percaya deh, kamu akan jadi orang hebat kalau mau nggali potensimu abis-abisan, dengan catatan jangan terlalu maksa masuk ke potensi orang lain, karena ada batas yang barangkali nggak bisa kamu tembus :). Itulah perbedaan, yang bikin setiap orang berbeda dan istimewa..
Ketiga,  jangan terlalu nurut. Em, maksutnya bukan terus ambil keputusan sepihak ya. Gimana pun juga kita harus minta pendapat sama orang yang ada di sekitar kita dan utamanya orang tua. Ingat, ridhonya Allah ada di ridho orang tua. Setiap orang tua itu pasti pengen yang terbaik buat anaknya, dan kadang mereka terlalu ingin yang terbaik untuk anaknya sampai mereka lupa dan bahkan mungkin mengabaikan batas kemampuan anaknya. Mau nolak keinginan orang tua segan, tapi mau mengikuti keinginan orang tua juga enggan, ya biasanya gitu yang dirasakan sama ana-anak yang di persimpangan restu orang tua. Gini, kita nggak bisa juga trus nurutin semua apa yang dimau sama orang tua. Ada beberapa hal yang perlu dipikirkan. Kalau kita ngikut saran orang tua, yakin bisa konsisten dan mampu atau tidak? Jangan-jangan cuma asal masuk dan yang ada malah kacau di pilihan itu, ujung-ujungnya juga cuma bikin orang tua kecewa kan. Kalau emang nggak mampu, bilang aja, sebelum terlambat hloo!! Karena nanti kalau sudah terlambat, itu bakal menyiksa sekali rasanya. Mending kita bilang baik-baik tentang pilihan kita, dan kita harus mati-matian di pilihan kita itu, buktikan kalau kita bisa berhasil dengan pilihan kita! Saya rasa begitu jauh lebih bijak, meski prosesnya mungkin juga bakal jauh lebih terjal.
Keempat, tanya ALLAH! Iya, libatkan Allah dalam segala hal! Kalau udah pasrah, pasti akan ada tangan-tangan Allah yang bakal ngasih kita jawaban dari kebimbangan. Biasanya itu datangnya dari hati, jadi kondisikan hatimu, bersihkan hatimu, ikuti kata hatimu. Karena kata hati itu yang paling jujur di antara kata siapa pun juga..
Pikirkan matang-matang pilihanmu. Jangan sampai ada penyesalan dan air mata di tengah perjalanan. Jangan sampai cuma menunggu masa, sampai semua benar-benar berakhir. Jangan sampai setiap langkah perjuanganmu hanya diisi hujatan-hujatan kekecewaan. Jangan sampai hidupmu tergantung dengan pilihan orang lain, karena itu sungguh menyakitkan. Hidupmu ini punyamu, mau diapakan terserah kamu. May Allah bless you,,  :)
Yaaap, mungkin segitu dulu celoteh saya. Barangkali agak absurd dan tidak begitu normal, ya itu sesuai dengan yang menuliskannya. Hehe, jadi mohon dimaklumi segala tutur kata dan tutur tinular yang keliru *aasaah apaapaan. :D
-Wonogiri, 11 Januari 2013-

 

No comments:

Post a Comment