“Dek Asri, ke mushola dulu yuk, bantu-bantu acara AMSKI ^^.”
Begitu SMS dari Mbak Sarah. Ketika itu jam dinding di ruang
tamu kos sudah menunjukkan pukul 15.50 wib. Sedangkan acara AMSKI dilaksanakan
pukul 16.00 wib. Dengan segala daya upaya aku beberes diri dan bersiap-siap,
pukul 16.35 wib aku keluar kos dan menuju mushola FMIPA. Bersyukurnya, ketika sampai
di mushola –meski sudah telat to the max— masih sempat bantu nyiapin snack. Jadi
ya, meski tiadaku tak berarti apapun tapi semoga adaku bisa memberi keringanan
walau sekecil apapun. Baah, haha! AMSKI selesai tepat ketika adzan maghrib
berkumandang. Setelah acara ditutup semua bersiap absen pada Allah. Ini moment,
dimana absenmu tidak cuma sekedar coretan tangan yang sering banget dipalsu
buat dititipin ke teman.
Malam ini aku tidak pulang kosan maupun rumah, ada misi
penting di buku agendaku yang musti segera dicoret –bukti sudah dilaksanakan— .
Yap, malam ini, Jumat, 1 November 2013 akan dilaksanakan kegiatan MABIRU (Malam
Bina Ruhiyah) di masjid kampus. Kegiatannya sampai pagi karena ada bonus qiyamul lail 1 juz . Aku sendiri awalnya tertarik
dengan acar ini karena ada teman yang menyodorkan pamflet sambil bilang, “Kamu
harus dateng!!” Ketika aku melirik temanya, langsung leher ini ngangguk tanpa
diperintah otak dulu mungkin, terlalu responsif. Bagaimana tidak, temanya
adalah “Ya Allah, Izinkan Aku Jatuh Cinta”
Ba’da Isya’, tepatnya setelah
mengisi amunisi, aku dan mbak-mbak lainnya bergegas menuju masjid Nurul Huda. Malam
itu Mbak Gesti beneran menjadi penghibur paling kece, bisa banget bikin
ngakak-ngakak. Dan Mbak Sarah, biasalah tetap sering aku aniaya. Duh, kasihan
sekali mbak aku yang cantik itu. Dan kadang suka bercanda begini, “Mbak kan
teraniaya, dan doa orang teraniaya itu mustajab. Doain aku cepet dapet jodoh
mbaaak!” baah, haha. Sudadh-sudah, kembali ke ranah yang benar. Sesampainya di
Nurul Huda, Alhamdulillahnya ketemu sama adik kelas SMA, Via. Sebenarnya sudah
janjian, awalnya mau ketemu di Surya 3 tapi karena aku tadi sore mendadak ada
acara jadi aku minta dik Via untuk langsung ke NH saja. Dan Alhamdulillah,
tanpa mencari kita sudah langsung saling bersi tatap. Romantis!
Dengan setengah nyawa karena
kesadaranku mulai berkurang –ngantuk— kulangkahkan kaki ke dalam masjid. Ngantuk
itu perkara rumit, datang sesukanya dan memporak-porandakan isi kepala. Mirip lah
sama apa itu namanya, cinta? Oh iya, cinta, itu mungkin.
Aku dan dik Via lantas mencari
tempat duduk, tentunya setelah selesai
mengurus administrasi untuk ngambil snack. Ya walaupun dapat tempat duduk
lumayan urutan belakang semoga aku tak hilang kesadaran, sebab konsentrasiku
kalau sudah lepas jam 20.00wib benar-benar hanya tinggal sekian persen, 30%
mungkin. Jadi daya serapku pasti akan sangat menurun, kalau tidak paksa diri
untuk fokus, sudah tak ada guna.
Benar saja, ketika acara tiba di
sesi sambutan-sambutan mataku mendadak pedas tidak karuan. Beruntung penderitaan
itu tak terlalu lama, meski tak bisa dibilang sebentar juga. Acar intipun
dimulai, entah pukul berapa,karena aku tak sempat nengok arloji.
Dua pembicara, yakni Ustadz
Burhan Shadiq dan Ustadz Moh. Fauzil Adhim sudah bersiap memborbardir isi otak
dengan materi yang prediksiku pasti akan namparrrrrr bangeetttt!!!
Ustadz Moh. Fauzil Adhim mulai
meluncurkan serangan, kali ini tensinya mulain tinggi karena langsung bahas
pernikahan, aku cuma bisa merespon dengan gelengan kepala sambil cengar-cengir,
sesekali garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Begini isi materinya,
·
Banyak kata-kata mutiara yang sebenarnya bukan
mutiara.
·
“Nanti kalau jodohku diambil orang lain bagaimana?”
| “Ya berarti itu bukan jodohmu!”
·
Sebelum akad nikah –bahkan lima menit sebelumnya—
kita tidak tahu dia jodoh kita atau bukan.
·
Jangan mengadakan apa-apa yang memang tidak ada
asal-usulnya.
·
Jangan menyulitkan dan melambat-lambatkan. Sebab
terlambat dan melambat-lambatkan adalah dua hal yang berbeda. Siapa yang paling
tahu kapan waktu yang tepat kita menikah ya hanya Allah.
·
Yang diperlukan untuk menikah:
1.
Niat, niat yang tulus. Apa yang sesungguhnya ‘menggerakkan’
kita.sebab banyak yang menikah lantas berantakan, hanya untuk membuktikan bahwa
dia laku, dan niatan lainnya yang tak tulus.
2.
Ilmu, carilah ilmunya. Jangan bermain
tebak-tebakan.
·
Allah memberikan kita jodoh yang baik, belum tentu
kita sama baiknya. BELUM TENTU!!
Begitu isi materinya, kali ini kurang detail karena
kesadaran memang benar-benar makin minim. Tapi, mendadak mata seperti dicolok
garpu: MELEK! Usadz Burhan Shodiq mengongkang materi dengan awal yang sangat
dahsyat dan ditembak tepat ke ulu hatiku, sebuah pertanyaan sederhana
sebenarnya, tapi ‘pedaas’.
“Yang bisa mencintai dalam diam, ada?”
Baahhh, bengong langsung!!!
Dan ini materi “Ya Allah, Izinkan Aku Jatuh Cinta” akan
dukuliti. Begini isinya,
·
Seorang ikhwan lebih galau ketika melihat perempuan
berhijab tertutup daripada yang pakai ‘you can see’. Kenapa? Ya karena mana ada
orang mau membeli roti yang sudah dibuka dari bungkusannya kalau ada roti yang
masih dibungkus rapat?
·
Cinta itu awalnya dari naksir. Sedangkan naksir
itu awalnya dari pandangan. Maka, berhati-hatilah dengan pandangan!
·
Ketika mata sudah saling bertatapan, semua
langsung terekam ke otak.
·
Kemudian naksir naik tingkat menjadi dekat. Dekat
itu kalau sudah seperti apa? Ya kalau sudah minta nomer HP kemudian lanjut
searching FB, stalking twitter.
·
Banyak yang khusyu’ berdoa di jejaring sosial,
padahal amalan itu kan hanya urusan kita dengan Allah.
·
Kelemahan akhwat adalah suka curhat. Dan kelebihan
ikhwan adalah mau menerima curhatan. Karena, suara tenornya itu melegakan.
·
Ikahwan, kalau Anda tidak ada niatan memiliki
hatinya, jangan dimain-mainkan! Dan akhwat, yang tegas! Jangan mau di PHP.
·
Cinta. Ya kalau sudah cinta, sudah rela berkorban
apa pun.
·
Silent love: cintailah dalam diam, kamua hanya
bisa menatapnya dari jauuuh, tak bisa menyentuhnya, dan bahkan jangan
mengatakannya dengan sesama akhwat. Simpan untuk dirimu sendiri, rapat-rapat.
·
Jadilah seolah seperti putri yang tertidur
bertahun-tahun yang hanya akan bangun ketika sudah menemukan pangeranmu. Jangan
jadi putri yang bangun selamanya hanya karena dicimu kodok-kodok.
Usai akad nikah, suaminya menggandeng
tangan istrinya. Kemudian istrinya malau-malu, sang suami bilang “Ayo, tidak
apa-apa, kamu kan sudah jadi istriku.” Mereka secanggung itu karena baru sekali
menggandeng lawan jenis, dan itu moment indah. Jangan sampai usai menikah kita
malah sudah bosan dengan pasangan kita karena sudah sama-sama tahu baik
buruknya.
·
Kenapa istri saat berjalan ingin digandeng
suaminya? Karena sang istri hanya ingin diyakinkan bahwa ketika berjalan dengan
suaminya semua kana berjalan baik-baik saja.
·
Semua karena Allah, ayo bersih-bersih hati! Karena
kalau sudah ada satu nama masuk ke dalam hati, maka akan sulit hilangnya. Ini berlaku
untuk akhwat, karena biasanya para ikhwan kalau hilang satu masih ada yang
lain.
·
Beda modus dan tulus itu tipis. Tulus ketika
kita memberikan sesuatu kepada si dia agar makin dekat dengan-Nya, modus juka
tujuannya adalah ketika kita memberikan sesuatu itu agar si dia selalu ingat
dengan kita.
·
Cinta kalau ditabur dengan pengorbanan makan
akan semakin besar.
·
Memenuhi keinginan dia lebih mudah daripada
memenuhi keinginan Dia. Bertemu dengan dia bisa sangat menyenangkandan betah
lama-lama, tapi ketika bertemu dengan Dia sangat buru-buru. Kenapa? Karena kita
tak pernah benar-benar mencintai Dia. Harusnya kalau kita mencintai Dia, kita
bisa lebih gugup ketika bertemu Dia ketimbang ketika bertemu dia.
·
Kita bilang cinta sama Allah tapi nggak pernah
berkorban. Mana bisa??
·
ALLAH ITU HARUS DI ATAS SEGALA-GALANYA!
·
Ada pesan seorang ibu untuk anak perempuannya
yang baru menikah:
1.
Jaga mata suami kamu, dari yang tidak enak dipandang
dari kamu
2.
Jaga hidung suami kamu, dari bau yang tidak
sedap dari kamu.
3.
Jaga perut suami kamu, dari kelaparan.
·
Istri ingin tidur duluan, kenapa? Karena ketika
istrinya tidur duluan, ia ingin diyakinkan. Bahwa ketika tidurpun masih ada
yang menjaganya.
·
Kadang kita bilang LOVE itu tidak LOVE beneran.
·
Ikhwan yang tidak jadi-jadian itu sudah terlihat
dari cara dia bicara, bagaimana dia berkomitmen, dari cara dia berjanji. Tapi akhwat
harus tetap waspada, jangan tertipu hanya karena cara bicara dan penampilan.
Begitulah materinya, dadaku sering mendadak sesak karena
kesindir. Satu pertanyaan yang menutup malam itu dan juga menutup tulisan ini, “Hakikat
cinta sejati kita selama ini, lebih besar untuk Dia atau dia?”
No comments:
Post a Comment