Sunday, November 10, 2013

Peretemuan yang Menyembuhkan



Sabtu, 9 November 2013
Ba’da salat subuh sebenarnya aku sudah ikut nimbrung anak kosan lainnya nyedot udara pagi di depan pintu kosan, Subhanallah segarnya udara pagi bikin badan juga tidak kalah segar. Tapi sayang, sepuluh menit kemudian aku kembali merangkak ke kamar dan seperti biasa, tidur lagi. Tunggu dulu, aku punya pembenaran! Semalam itu aku pulang kos sudah malam karena ada acara di kampus, sudah begitu masih dilanjutkan acara nonton tivi berjamaah dengan teman-teman sampai larut malam. Oh ya,semalam juga ‘belajar’ dulu buat bedah buku hari ini. Sampai temanku ada yang bilang, “Ah koe, nek ameh ujian wae blaas ra tau sinau, bareng ameh bedah buku wae belajar.” Aku ngakak saja dengar komentar temanku itu.
Beruntung ke-kebo-an ku tidak berlaku hari ini. Aku bangun tepat waktu, tidak kurang dan tidak lebih. Pokonya tepat! Akhirnya setelah nyawa benar-benar terkumpul aku mulai beberes. Dan seperti biasanya lagi, hari ini tidak ada jadwal sarapan. Pokoknya kalau ba’da subuh itu tidur lagi, aku cuma punya waktu untuk beberes berangkat, tidak ada waktu untuk sarapan. Oke, ini risiko. Setiap hal yang kau pilih itu pasti kan ada risikonya, jangan mau ambil enaknya saja.
Pukul 08.00 wib, aku, Bundo, Eka, dan Risala bergegas berangkat ke Fakultas Teknik UNS. Di FT kebetulan aku sudah kencan dengan mahasiswi teknik paling kece, siapa lagi kalau bukan Nur. Nur jadi guide sesaat kami, ia mengantar kami  dari parkiran ke RSU FT. Tersebab Nur masih ada agenda mengerjakan tugas jadi doi tidak bisa ikut serta dalam acara bedah buku kali ini, yaaah sedih deh.
Sabtu pagiii yang cerah ditemani Angsana yang berguguran di seantero kampus, lengkap dengan agenda yang kecenya Masya Allah! Ya, hari ini aku dan teman-teman berada di acara “Gema Muslimah ‘Beauty Jannaty’” bersama Mbak  Norma Keisya Avicenna, Mbak Deasilawaty P., dan juga Bu Zeny. Iyaaa, gimana nggak kece cobaaa? Pembicaranya Mbakkk Normaaaa, Mbak tercintaaakuuuuuuuu. Makanya, hari ini antusiasmeku bener-bener berpangkat-pangkat. Semangat meletup-letup dan aaaah pokonya bahagiaaaa. Karena terakhir ketemu Mbak Norma itu hampir setahun lalu, waktu Mbak Norma nikah –tepat setahu lalu terhitung hari ini 10 November— aku juga tidak bisa datangg. Jadi kangeeeennn beneeerrrr, apalagi mbak aku yang satu ini makin hari makin kereeen ajaaaa. Beauty Jannaty itu yang nulis Mbak Norma, kece kan? Kece dong!!
Setelah absen dan dapat jatah snack, aku dan teman-teman lantas masuk ruang bedah buku. Tempat duduk masih cukup longgar jadi bisa milih bebass, mau gulung-gulung juga masih bisaaa. Aku dan teman-teman memilih duduk di kursi baris kedua yang ada di tengah, ini posisi teroke. Sepotong roti dari mbak panitia langsung ludeees. Sambil menunggu acara dimulai seperti biasa, gegojekan tidak jelas. Sampai akhirnya acara dibuka sama Mbak Desi sang pembawa acara. Berlanjut sambutan-sambutan dan senandung merdu dari teman SMAku juga, Witriaaaaa. Ajib beneer daaah suaranyaaa. Tapi maaf, aku tidak tahu lagunya. Paling pol aku lagu itu ngerti paling Kereta Malam sama Bukak Sithik Jos, ya elaaah sesaaat amaaat.
Witria yang juga berperan menjadi moderator kemudian memperkenalkan pembicara. Ini nih, aku mulai berulah. Waktu diputarkan video perjalanan karier nya Mbak Norma aku histeris pas nyampek di jenjang SMA nya Mbak Norma. Soalnya muka abangku ada di antara teman-teman sekelas SMA nya Mbak Norma. Sontak aku histeris dan teriak refleks “Eh masku ! Masku!” , bener macam acara termehek-mehek yang sudah lama tidak ketemu abangnya begitu. Teman-temanku yang duduk disebelahku kompakan tepuk jidat sambil mringis nahan malu, karena semua mata mendadak tertuju ke arah kami. Maafkan dakuuu, keceplosaaan!! Keadaan kembali kondusif, Mbak Norma lantas duduk di meja pembicara. Eh Mbak Norma langsung lihat aku dan dadah-dadah, aku heboh lagi dan dilihatin banyak orang lagi. Entaaah, urat maluku ketinggalan di meja kosan mungkin.
Mbak Norma lantas memulai menyampaikan materi, diawali dengan membaca puisi yang bikin mrinding dan semangaaat banget. Ini nih beberapa materi yang sempat aku catat:
·         Anatomi akwat:
1.       Mata: menjaga pandangan.
2.       Otak: berpikir positif.
3.       Mulut: tidak terbuka kecuali untuk membicarakan hal-hal yang baik dan benar serta bermanfaat.
4.       Tangan: suka menolong dalam kebajikan.
5.       Perut: terjaga dari makanan yang syuhbat, apalagi haram.
6.       Kaki: selalu berjalan di atas jalan kebaikan.
·         Manusia itu memiliki tiga hal komponen yang sama:
1.       Jasadiyah
2.       Fikriyah
3.       Ruhiyah
·         Masih ingat rumus Einstein? Ya, E = mc2
Dimana setiap manusia itu memiliki E yang sama, M yang sama yakni waktu 24 jam,tapi memiliki C yang berbeda-beda. Potensi, kita harus menggali potensi dalam diri kita semaksimal mungkin karena itu yang memberikan hasil berbeda.
·         Apa yang membuat kita harus selalu kembali semangat? Ya, dzikrul maut.
Kita harus mempunyai harapan: kelak ketika kita tiada kita bisa meninggalkan hal-hal baik untuk orang banyak.
·         Jasadiyah: makan sehat, tidur cukup; Fikriyah: makan-minum sehat, kuasai ketermapilan teknis, info manfaat; Dzikrullah: baca Al Qur’an, jauhi maksiat, Lillah Billah Ilallah (semua karena Allah), perbanyak ibadah.
·         Manusia: insan yang fluktuatif.
Bagaimana caranya menjaga rukhiyah?
Senantiasa dicek salatnya bagaimana? Baca Al Qur’annya bagaimana?
·         Hati ibarat panglima yang menentukan baik/buruk seseorang.
·         Kelak, setiap aksara akan dimintai pertanggung jawaban.
·         Sudah shalihah kah saya?
1.       Shalihah adalah sebuah identitas yang lahir dari karakter diri.
2.       Karakter diri merupakan buah keimanan yang mengakar kuat di dalam hati.

Begitulah materi yang disampaikan Mbak Norma, tidak aku catat lengkap karena waktuku habis untuk melongo memperhatikan cara penyampaian Mbak Norma yang semangattnya luar biasa meski sedang tak enak badan. Kemudian  Mbak Norma menutup dengan hal yang menyayat-nyayat hatiii. Jadi Mbak Norma meminta para peserta yang sekarang sudah memenuhi seisi ruang seminar  untuk mengeluarkan HP. Kemudian Mbak Norma berkata, “Coba sekarang SMS orang tua kalian, bolah Bapak atau Ibu. Yang isinya kurang lebih seperti ini, ‘Assalamu’alaykum Bapak/Ibu, doakan saya agar menjadi anak yang sholihah. Doakan juga supaya saya bisa meraih cita-cita, mengetuk pintu surga untuk Bapak/Ibu. Doakan saya ya..”
Send to: Bapak. Ah , layar HP ku langsung kebas oleh air asin yang bersumber dari kedua mata ini. Nanti siapa yang berani membacakan balasan SMS dari orang tuanya dan membacakan harapan di tahun ini ke depan bakal mendapat kado spesial. Aku dag dig dug menunggu balasan dari bapak, bukan karena pingin dapat kadonya tapi takut kalau bapak mendadak kenapa-kenapa setelah baca SMSku tadi. Iyaa, ini baru aku lakukan sekali seumur hidup SMS seserius itu ke bapak. Takutnya nanti bapak ngira aku nya lagi sakit atau kesurupan begitu kan repot.
Masih menanti balasan SMS dari bapak ,aku kembali mengikuti jalannya acara selanjutnya. Ibu Zeny menyampaikan materi tentang cantik dari dalam begitu, dan juga tentang ibadah. Kemudian dilanjutkan pembicara ketiga, yakni Mbak Deasilawaty penulis buku ‘A Piece of Love in Korea’. Yang materinya tentang kepenulisan,
·         Meceritakan suatu bab dalam buku jangan seperti kalau hanya presentase lima menit di depan audience.
·         Ketika menulis buku jangan melulu sebagai kumpulan dalil, nanti membuat pembaca jenuh.
·         Rajin membaca adalah syarat mutlak untuk membuat buku.
·         Anak kecil yang akan lomba karate itu awalnya juga tidak bisa tapi pada akhirnya dilatih oleh pelatih secara rutin. Yang kemudian bisa menjadi pemenang, nah kalau anak kecil saja bisa, masa kita tidak?
·         Menulis bukan sesuatu yang serta merta, harus melalui proses.
·         Kita perlu membuang bab yang tidak perlu.
·         Membaca ulang akan membuat kita menyadaru ‘lubang-lubang’ yang perlu ditambal/
·         Apa yang ada di kepala, tulis dulu!
Begitu materi yang disampaiakn Mbak Deasilawati.
Mendadak jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Deg, bapak bales SMS ku. Aku sudah panik dan heboh, takut-takut buka buka inbox. Dan taraaa, balesannya minimaliss sekali. Cuma, “Iyo, nduk. Muleh ora?” . Yaa elaaaah, padahal kanan kiri aku balesan dari ortunya panjang-panjang. Yaa, tapi lega dehhhh. Ini SMS paling bikin ndredeg sepanjang hidupku.
Lanjut ke acara yaa. Tiba di sesi tanya jawab. Waah, banyak banget yang pengen nanyaaa.
Salah satu pertanyaan yang aku suka adalah tentang apa yang suka dibaca oleh para pembicara dan tips menulis begitu kira-kira. Dan jawabannya dari Mbak Norma:
Saya memulai menulis dari yang saya alami, yang say tahu. Mengupas hal-hal yang terjadi sehari-hari dan dikemas dengan unik. Kalau inspirasi itu datang dari mana saja. Alasan terbesar saya menulis adalah karena saya tidak mau ketika di waktu terakhir saya nanti hanya tertinggal tiga hal: Nama. TTL, dan tanggal wafat.
Harus ada yang 'diwariskan' ketika kelak saya tiada.
Beeeh, mrinding!!!!!
Acara berlanjut, seperti biasa bagi-bagi doorprise. Tiga peserta diminta maju, satu orang merangkum materi yang disampaikan pembicara dan dua orang memberikan komentar serta kritik dan saran jalannya acara. Teman-temanku heboh nyuruh aku maju, kemudian aku mulai antusias, ya  siapa tahu hadiahnya buku, lagi pula kalau komentar aja gampang, kan udah sering lihat Mas Darto sama Mas Danang komentar. Ya elaaah! Haha. Yeeaaah, akhirnyaaa aku majuuuuuu! Dengan langkah anggun, karena hari ini aku pakai sepatu cantik jadi tak bisa jalan seenaknya seperti biasanya.
 Salah satu alasan aku mau maju karena ini acara khusus akhwat jadi bebass. Bukan apa-apa, takutnya kalau acaranya sama ikhwan nanti jadi pada ilfeel sama aku. Bukan apa-apa lagi, tapi nanti takutnya di salah satu ikhwan itu terselip jodohku kan gawaat. Sebab, pasti aku bakal berulah. Patiiii!! Eh tapi kan, bukannya kalau pasangan itu harus mau menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya ya? Ya elaah, haha!
Peserta pertama merangkum materi dengan detail, peserta kedua memberikan komentar dengan bijak. Tibalah si microphone ke tanganku. Mendadak blank. Tidak disangka dan dinyana, kata yang pertama keluar  dari mulutku itu tidak elegan sama sekali, aku bilang “Anu, ehh...” Ya ampuun, seruangan langsung ketawa. Kata temanku, Mbak Norma juga sampai ikut ketawa. Duh, maluuu. Alkhirnya karena kondisi sudah makin tak kondusif, aku ngomong sekenanya aja. Seingatku, aku cuma komentar kalau snacknya kurang dan lebih keren kalau ditambah arem-arem begitu. Dan sekalian aku bilang kalau ngefans bhangeeettt sama Mbak Norma. Kesempatannn iniii.
Biar deh komentarku paling tidak berbobot, yang penting bisa membuat banyak yang tertawa. :D
Nah usai acara, aku dan teman-teman memaksimalkannya buat foto-foto sama Mbak Norma. Yipiiiihhh, dipeluuuuk sama Mbak Normaaa. Kangeeennnn..........!!!!!! Tapi nih, nggak orangnya nggak tasnya bikiiin ulaah semuaaaa. Jilbabnya Mbak Norma kesangkut di tas aku, maafkan ya Mbaak. Dipuas-puasiiin dehhh tuhh foto-foto, minta tanda tangan juga, dan di buku Beauty Jannatyku ditulis begini sama Mbak Norma,
To: Dek Asri Shalihah
Jadilah wanita yang layak dicemburui para bidadari!
Love
Keisya Avicenna
Cieilaaaah, dalemmmmmmm! :’)
Setelah puas heboh-hebohan foto sama Mbak Norma, aku dan teman-teman pamit pulang. Cipika-cipiki dan ngobrol sebentar menjadi penutup perjumpaan siang ituu. Sampai ketemu di lain kesempatan Mbak Norma, semoga lekass sembuuuh yaa :) Maafkan adikmu yang banyak tingkah ini yaaah :)
Oh iya, FYInih aku tidak jadi dapat buku dan malah dapat perlengkanpan kecantikan. Sungguuh, aku lebih seneng dapet bakso daripada dapat beginian. Tapi ingattt, harusss bersyukuuuuur!! Beruntung teman-teman mau mengingatkan untuk bersyukur. Akhirnya aku pulang membawa banyak hal membahagiakan. Tentang hakikat beauty yang sebenar-benarnya, pertemuan yang luar biasa, dan pembelajaran hidup yang luar biasa. Aku ingat banget pesan Mbak Norma dari jamaan duluuuu itu, tentang mimpi yang kemudian dilanjutkan dengan action. Mbak Norma adalah contoh nyata, tentang pesannya waktu itu. Kesuksesan Mbak Norma juga berawal dari mimpi. Lalu tunggu apa lagi?? Mari bermimpi dan beraksiii. :)
Semoga harapan Mbak Norma di awal acara tadi terwujud, yakni semoga pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang menyembuhkan. Menyembuhakn sakitnya Mbak Norma dan menyembuhkan 'sakit'nya aku.
Sebuah pengharapan tersemat siang itu, “Semoga kelak, aku bisa duduk di samping Mbak Norma dalam acara serupa, namun bukuku yang dibedah.” AAMIIN :D

No comments:

Post a Comment