Friday, November 1, 2013

Bukan Pergi tapi Pernah Bersama



Kemarin, tepatnya Jumat siang tertanggal 18 Oktober 2013 kau pergi lagi, hilang. Dan jelas, aku kehilangan. Awalnya aku masih penuh harap, sebab aku rasa kita pernah alami yang lebih perih dari ini. Ya, tahun lalu, di hari Selasa pagi tertanggal 9 Oktober 2012 kau juga pernah hilang. Ya Tuhan, aku baru menyadari, kau rutin meninggalkanku tiap kali bulan Oktober datang. Oh, tahun lalu mungkin bukan kau yang meninggalkanku, tapi aku yang tanpa sengaja meningalkanmu. Iya, kutegaskan sekali lagi “tanpa sengaja”! Maaf kala itu aku sedang melampiaskan rindu setelah berbulan-bulan merawat rindu dalam banyak ketidak nyamanan. Semua tumpah ruah, kebahagiaan dan cerita-cerita masa lalu, menyenangkan. Aku seperti hidup kembali. Sampai arloji di pergelangan tangan kananku menunjuk pukul 07.30, saatnya kembali pada kehidupan normal. Kepalaku seketika pening, aaahhhhh. Namun antusiaasmeku pagi itu buncah, sebab berangkat ke kampus diantar teman-teman hebat –teman sejaman SMA dan sampai akhir jaman nanti—. Iya, hari itu adalah keberangkatanku ke kampus dengan hati paling riang dan kaki paling ringan. Mirisnya, aku malah melewatkanmu, maaf. Sudah kujelaskan berkali-kali, bukan? Aku pun bertanggung jawab penjemputmu lagi, takdir berbaik hati mempertemukan kita kembali. Dan pada akhirnya kau pun hadir kembali di keseharianku.
Semenjak itu, aku bertekad akan menjagamu dengan lebih lagi. Sudah, sungguh sudah kuupayakan dengan sangat. Tapi apa dayaku menolak sebuah kehilangan? Aku tak kuasa, Tuhan berkehendak lagi. Entah mungkin aku memang sudah keterlaluan pada kau, atau entah apa alasannya.
Kau pergi, astaga kali ini kau benar-benar pergi. Hilang. Entah kemana! Aku cari kau di segala penjuru kampus, tapi tak juga ketemu. Sebegitu bencinya kau padaku sampai kau tak mau kembali? Aku tak pernah mendua, bukan? Lantas apa yang membuat kau tak tahan denganku? Atau karena aku sering memakimu karena membuat aku sering keberatan? Ah! Itu hanya keluhan dari mulut abal-abalkku, setidak inginnya aku atas kehadiranmu aku tetap sangat membutuhkanmu.
Oh baiklah, cukup. Tak ada guna untuk terus bertanya hal ini, “KENAPA KAU PERGI? MENINGGALKANKU?!” Sudah, benar ini sudah cukup. Banyak yang ingin aku sampaikan, meski akan sia-sia dan percuma. Yang terdalam, kusampaikan terima kasih yang teramat sangat. Tiga tahun bukan waktu yang singkat ‘kan untuk sebuah kebersamaan? Kau sudah tahu segala tabiatku, pun aku kepadamu. Lantas perpisahan ini, kepergian kau ini, merubah segala keseharianku. Tak ada kau lagi, kau yang 24 jam selalu menemaniku, setia sekali. Tapi ya sudahlah,mungkin kau t’lah sampai di ujung lelah. Leburkanlah diri kau di tempat yang baru, yang entah di antah berantah mana. Jangan paksa aku untuk cari pengantimu, tak akan kulakukan! Sekalipun aku nanti dengan yang lain, bukan berarti aku cari penggantimu. Kau dan segala kenangan yang kau bawa tak akan dapat digantikan oleh siapapun. Tolong yakin, ini bukan omong kosong.
Kehilangan adalah perkara menyakitkan. Merasa memiliki, merasa menyayangi, tak berdaya bila ditinggal pergi, begitulah perkara rumit itu diberi nama. Ahh, malangnya aku pun sering terjerembab dalam perkara rumit itu. Rumit, jelas tak menyenangkan sama sekali. Tapi sebenarnya kehilangan mengajarkan tentang kepemilikan yang pasti akan berujung. Kehilangan pula lah yang menjadikan kita paham, bahwa kita pernah memiliki.
Akhir kata, sampai jumpa di lain waktu dan tempat wadah penghilang dahagaku. :) 


No comments:

Post a Comment