Kemarin, tepatnya Jumat siang
tertanggal 18 Oktober 2013 kau pergi lagi, hilang. Dan jelas, aku kehilangan.
Awalnya aku masih penuh harap, sebab aku rasa kita pernah alami yang lebih
perih dari ini. Ya, tahun lalu, di hari Selasa pagi tertanggal 9 Oktober 2012
kau juga pernah hilang. Ya Tuhan, aku baru menyadari, kau rutin meninggalkanku
tiap kali bulan Oktober datang. Oh, tahun lalu mungkin bukan kau yang
meninggalkanku, tapi aku yang tanpa sengaja meningalkanmu. Iya, kutegaskan
sekali lagi “tanpa sengaja”! Maaf kala itu aku sedang melampiaskan rindu
setelah berbulan-bulan merawat rindu dalam banyak ketidak nyamanan. Semua
tumpah ruah, kebahagiaan dan cerita-cerita masa lalu, menyenangkan. Aku seperti
hidup kembali. Sampai arloji di pergelangan tangan kananku menunjuk pukul
07.30, saatnya kembali pada kehidupan normal. Kepalaku seketika pening,
aaahhhhh. Namun antusiaasmeku pagi itu buncah, sebab berangkat ke kampus
diantar teman-teman hebat –teman sejaman SMA dan sampai akhir jaman nanti—.
Iya, hari itu adalah keberangkatanku ke kampus dengan hati paling riang dan
kaki paling ringan. Mirisnya, aku malah melewatkanmu, maaf. Sudah kujelaskan
berkali-kali, bukan? Aku pun bertanggung jawab penjemputmu lagi, takdir berbaik
hati mempertemukan kita kembali. Dan pada akhirnya kau pun hadir kembali di
keseharianku.
Semenjak itu, aku bertekad akan
menjagamu dengan lebih lagi. Sudah, sungguh sudah kuupayakan dengan sangat. Tapi
apa dayaku menolak sebuah kehilangan? Aku tak kuasa, Tuhan berkehendak lagi. Entah
mungkin aku memang sudah keterlaluan pada kau, atau entah apa alasannya.
Kau pergi, astaga kali ini kau
benar-benar pergi. Hilang. Entah kemana! Aku cari kau di segala penjuru kampus,
tapi tak juga ketemu. Sebegitu bencinya kau padaku sampai kau tak mau kembali? Aku
tak pernah mendua, bukan? Lantas apa yang membuat kau tak tahan denganku? Atau karena
aku sering memakimu karena membuat aku sering keberatan? Ah! Itu hanya keluhan
dari mulut abal-abalkku, setidak inginnya aku atas kehadiranmu aku tetap sangat
membutuhkanmu.
Oh baiklah, cukup. Tak ada guna
untuk terus bertanya hal ini, “KENAPA KAU PERGI? MENINGGALKANKU?!” Sudah, benar
ini sudah cukup. Banyak yang ingin aku sampaikan, meski akan sia-sia dan
percuma. Yang terdalam, kusampaikan terima kasih yang teramat sangat. Tiga tahun
bukan waktu yang singkat ‘kan untuk sebuah kebersamaan? Kau sudah tahu segala
tabiatku, pun aku kepadamu. Lantas perpisahan ini, kepergian kau ini, merubah
segala keseharianku. Tak ada kau lagi, kau yang 24 jam selalu menemaniku, setia
sekali. Tapi ya sudahlah,mungkin kau t’lah sampai di ujung lelah. Leburkanlah
diri kau di tempat yang baru, yang entah di antah berantah mana. Jangan paksa
aku untuk cari pengantimu, tak akan kulakukan! Sekalipun aku nanti dengan yang
lain, bukan berarti aku cari penggantimu. Kau dan segala kenangan yang kau bawa
tak akan dapat digantikan oleh siapapun. Tolong yakin, ini bukan omong kosong.
Kehilangan adalah perkara
menyakitkan. Merasa memiliki, merasa menyayangi, tak berdaya bila ditinggal
pergi, begitulah perkara rumit itu diberi nama. Ahh, malangnya aku pun sering
terjerembab dalam perkara rumit itu. Rumit, jelas tak menyenangkan sama sekali.
Tapi sebenarnya kehilangan mengajarkan tentang kepemilikan yang pasti akan
berujung. Kehilangan pula lah yang menjadikan kita paham, bahwa kita pernah
memiliki.
Akhir kata, sampai jumpa di lain
waktu dan tempat wadah penghilang dahagaku. :)
No comments:
Post a Comment