Minggu, 27 Oktober 2013
Sekali lagi, Minggu adalah obat
pening yang paling ditunggu. Tak pedulilah esok Senin akan renggut ini semua,
aku sudah terlalu kepayangan untuk mengkhawatirkan hal yang belum terjadi,
melelahkan. Kali ini, aku dan bapak sedang sama-sama di rumah jadi bisa
melakukan ritual Minggu pagi: masak. Bapak adalah koki terbaik di seluruh dunia
setelah ibu. Acara masak pagi ini agak sedikit kacau karena ulahku yang pakai
sesi ngamuk segala. Masalahnya sederhana, bapak menambahkan air pada masakan
yang sedang kami ramu, padahal aku sudah pesan kalau maunya kering, tidak mau
ada kuah. Lalu terjadilah percakapan ini,
“Nanti juga airnya bakal habis itu,
wah kamu itu kurang memahami proses.” Begitu kata bapak.
Dan benar saja, rupanya memang
airnya jadi habis. Kata-kata bapak barusan benar-benar menohok, menyadarkanku
tentang banyak hal. Tidak sekedar tentang kuah pada masakan yang sedang kami
bikin. Lebih dalam dari itu. Intinya, semua tentang proses.
Setelah masakan selesai bapak masih
mau bikin kripik pisang. Kali ini bapak memaksa saya untuk mencoba memarut
pisang dengan alat yang cukup ngeri. Iya, bapak paksa, pokonya harus coba, cuma
nyoba! Sedikit tidak apa-apa, salah juga tak jadi soal. Dan bapak bilang,
“Tidak usah takut, kalau takut
malah nanti kena parutan. Kalau hal seperti ini pokoknya tidak boleh takut,
harus dicoba.”
Dan taraa, aku bisa menyelesaikan
tantangan bapak dengan tangan selamat tanpa luka apapun. Syaratnya sederhana:
nggak pakai takut!! Bener sih, yang buat kita gagal itu seringnya bukan karema
kita tidak bisa, tapi karena kita kebanyakan takutnya.
Bapak dan ibu memang selalu
menanamkan nilai-nilai kehidupan dari kegiatan-kegiatan yang sering aku
lakukan. Hal itu manjur kok daripada harus menasihati aku dari A sampai Z.
Esensinya lebih dapat, dan juga lebih nyata begitu. Sebab memang satu contoh
kemudian dapan diambil banyak pelajaran itu lebih bikin paham ketimbang banyak
belajar kemudian hanya diberi satu contoh.
Selamat berhari Minggu riaaa :)
No comments:
Post a Comment