Sunday, March 17, 2013

Bedah Mimpi



Kamis, 14 Maret 2013
Entah kesambet setan spesies apa, pagi ini saya bangun lebih awal dari Vivi. Setelah menunaikan ibadah salat Subuh rasanya jiwa yang semalaman mati suri ini sudah mulai teramunisi energi positif, tenang. Tak terasa sudah pekan kedua di kosan baru dan saya sudah mulai menemukan ritme kehidupan di sini. Walaupun masih ada banyak hal yang belum saya mengerti tentang ini dan itu, tentang hal-hal yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Ya, walaupun saya bukan tipe orang pemikir tapi bukan berarti saya tidak pernah berpikir. Ego saya masih tinggi tentang mimpi yang saya punya, menjadi seorang dokter kata. Padahal saya masih menyelami kehidupan pada kondisi sekarat di pantai angka yang menenggelamkan mimpi saya. Kemarin waktu saya dimakan habis oleh teta, sin, cos, rho, dan antek-anteknya. Namun demikian, saya bahagia sebab banyak makhluk-makhluk yang awalnya saya pikir memiliki intensitas daya tahan kewarasan stabil dan mumpuni tapi ternyata virus edan saya bisa menghancurkan daya tahan mereka. Hahaha, saya tertawa puaaaaaaaas :D
Pagi ini sarapan porsi besar menambah enteng beban hidup, walaupun langkah kaki agak diseret karena volume perut yang overload. Sesampainya di depan NH rejeki datang tanpa diduga-duga, dua penolong yang dikirim Allah menyelamatkan kaki saya dan Vivi yang sudah gempor tiap hari buat berjalan ratusan mil :D Walaupun ada insiden yang membuat saya nyaris celaka tapi tak apa, itung-itung terapi bikin melek  biar nanti di kelas tidak terbuai hipnotis limit dan pasukannya.
Sesampainya di kampus, Aljabar Linier langsung memasang kuda-kuda, memaksa untuk masuk dalam memori otak saya yang isinya masih tentang kasus-kasusnya Sherlock Holmes dan juga Conan Vol 70. Baiklah, dengan halus saya meminta Sherlock Holmes dan Conan untuk menyingkir sebentar, biar Aljabar Linier menegangkan syaraf-syaraf otak saya dalam 100 menit kedepan. Selebihnya, Sherlock Holmes dan Conan mari kita lanjutkan kasus kita.
100 menit dengan otak mendidih dan hidung nyaris mimisan terlalui juga, cukup pening. Kantin adalah tempat pelarian paling tepat ketika pening melanda. Segelas teh yang katanya anget tapi menurut saya anyep membanjiri kerongkongan saya seketika. Kali ini saya yang notabene maniak es teh harus berpuas hati dengan segelas teh anget saja. Karena hidung saya mulai memproduksi sesuatu bernama umbel dengan sedikit tidak manusiawi. Usai berkunjung ke kantin, saya, Bundo Dwi, Vivi, Tika, Fani, dan Fina bergegas menuju ke mushola. Sembari menunggu kuliah Geometri, kami sejenak merebahkan dengkul dan juga melengkapi tugas Geometri. Tak lupa banyolan selalu menyertai kebersamaan kami. Mendadak ketika saya tengah asyik curhat dengan social media, Fina menyampaikan sebuah kabar membahagiakan yang membuat saya tercengang seketika.
Hari ini ba’da Ashar akan diadakan bedah buku Afifah Afra di UMS tepatnya di Kampus 1 Fakultas Ilmu Kesehatan. Tanpa pikir panjang saya langsung memutuskan untuk datang, Ipung teman SMA saya yang juga anggota Pejalan Tangguh saya mintai tolong untuk menjadi guide saya. Kebahagiaan sebelum Dhuhur datang lagi tatkala sms jarkoman membawa kabar bahwa kuliah Geometri kosong. Untuk mahasiswa abal-abal seperti saya kuliah kosong adalah kabar yang paling ditunggu. Saat akan memasuki kuliah Statistik Elementer otak saya mulai tegang lagi, tapi saya coba menenangkannya.
 “Baby, hanya 50 menit saja. Setelah itu mari kita bersenang-senang dengan dunia yang sesungguhnya. Kokohkan syaraf-sarafmu ya baby!!”. Saya berkata dalam hati sambil megelus-elus dengkul saya.
Subhanallah, lengkap sudah kebahagiaan saya hari ini! Statistik Elementer ikut-ikutan nyaris kosong, alhasil lima belas menit terakhir baru isi dan hanya cukup untuk absen saja. Senyum saya mengembang, otak saya jingkrak-jingkrak.
Kaki saya kali ini kokoh sekali untuk melangkah, anak tangga yang menghubungkan lantai tiga dengan lantai satu saya libas seketika. Betapa berpengaruhnya isi perasaan dengan apa yang kita lakukan. Maka pentingnya menjaga perasaan agar tetap stabil pada titik ‘menyenangkan’ itu perlu diasah lagi. Misal menjadikan setiap kejadian yang berbau celaka itu sebagai cara Allah mengingatkan kita agar lebih waspada. Allah tidak mungkin mencelakai kita, kita nya aja yang suka rese kalau belum disentil nggak pernah peka!
Lanjut lagi, Intan adalah penolong yang dikirim Allah untuk mengantar saya sampai ke gerbang depan. Di ujung jalan terlihat Atmo sudah melambai-lambai, saya bergegas menyeberang jalan dan duduk manis di bangku paling depan. Pergi sendiri seperti ini bukan hal baru, kalau teman-teman sedang sibuk dengan urusanya masing-masing saya suka mlipir sendiri dengan bis kota, biasanya ke Gramedia atau Togamas. Bagi saya toko buku adalah surga dunia saya yang tersebar di beberapa titik kota. Sebenarnya Bundo Dwi mau ikut, tapi karena bentrok dengan jadwal rapat jadinya terpaksa tidak bisa ikut. Sedangkan Fani dan Fina bersepeda menuju TKP pembedahan buku. Sebentar, sebelum terlalu jauh alangkah baiknya saya berikan sebuah alternative agar lidah Anda tidak keseleo ketika mengucap Fani dan Fina. Panggil saja Fani dengan nama Santos, itu nama belakangnya. Karena saya sunggguh tidak sanggup memanggil dua orang bernama mirip yang tidak punya ikatan darah itu ketika berada pada satu forum. Dan ekstremnya lagi mereka sering bareng-bareng, alhasil lidah saya suka encok ngulang manggil nama mereka karena suka kebolak-balik. Oleh sebab itu teman-teman menyarankan agar saya memanggil Fani dengan nama Santos. Begitulah ceritanya.
Panjang cerita, karena mana ada singkat cerita. Kalau singkat bukan cerita namanya tapi rangkuman -_-. Saya sampai juga di UMS. Di bawah gapura UMS saya menunggu kedatangan Ipung. Tak berapa lama Ipung datang dengan Varionya. Terakhir ketemu dengan Ipung waktu liburan semester, ketika itu kami dan anggota Pejalan Tangguh lainnya melakukan ekspedisi ke kota gudeg, Jogja. Selepas ‘jalan-jalan men’ itu kami sibuk dengan dunia kami masing-masing. Tapi tak apa, saya percaya bahwa jarak adalah cara Tuhan mengubur bosan,menumbuhkan rindu,dan menyemikan pertemuan yang akan punya esensi lebih. Dan kali ini rindu yang meranum beberapa waktu lalu mulai bersemi, jatuh pada dasar pertemuan yang kami berdua impikan. Setelah parkir motor saya dan Ipung melesat menuju Fakultas Ilmu Kesehatan. Dengan sedikit tingkah memalukan kami berdua tanya sana-sini, padahal letak fakultasnya di depan sendiri. Tapi mental kami sudah tergodok kalau hanya urusan nyasar atau hal-hal memalukan semacam nanya berkali-kali ke sembarang orang. It’s oke, kami tetap bahagia dan bercanda gurau menikmati pertemuan ini.
Setelah bertanya dengan cara membabi buta ke siapa saja yang lewat kami sampai juga di lantai 2 gedung Fakultas Ilmu Kesehatan. Di sini kami mendapati suasana yang syahdu, awan yang mulai mengeluarkan semburat jingga dipadu dengan semilir angin yang mengkoyak-koyakkan ujung jilbab kami berdua. Ah, kami larut dalam lamunan masing-masing. Sesekali kami mencurahkan isi hati, resah, gelisah, dan rasa lainnya. Pandangan  kami lurus ke depan, berbaur dengan awan yang meliuk-liuk. Konyolnya saya lupa kalau tujuan saya ke sini bukan untuk menikmati senja di UMS tapi ikut acara Bedah Buku Afifah Afra. Seperti terbangun dari mimpi, saya langsung mengajak Ipung untuk mencari tempat bedah buku tersebut. Walaupun Ipung anak UMS tapi rupanya dia tidak tahu tempat-tempatnya juga -_-. Tak terasa kami sudah naik turun sampai njungkil-njungkil di anak tangga berkali-kali tapi tidak juga menemukan tempat acaranya. Akhirnya saya putuskaan untuk sms Fina. Eh, ternyata dia masih sibuk nyari tempat parkir. Karena adzan menyeru dan kami tak ingin melewatkan moment berduaan dengan Dia kami lantas bergegas menuju masjid. Usai salat, kami kembali merana meratapi nasib di taman dekat masjid sambil menunggu kabar dari Fina.
Beberapa menit berlalu, saya dan Ipung lantas meninggalkan taman dan kembali naik ke lantai dua untuk mencari ruangan pelaksanaan bedah buku. Kami malah nyasar di lantai 3 dan kembali membicarakan urusan perasaan, hidup memang tentang perpindahan dari satu rasa ke rasa lain jadi tidak akan habis jika dibicarakan. Dengan langkah tergopoh-gopoh kami memutuskan untuk turun lagi ke lantai dua untuk menemui Fina dan Santos. Tepat ketika kaki saya menginjak anak tangga terakhir saya mendapati Fina dan Santos yang tengah kebingungan. Kami lantas saling menghambur, lagaknya sudah seperti kisah termehek-mehek saja, seperti keluarga yang terpisahkan dan beberapa tahun tidak bertemu padahal baru beberapa jam terpisahkan. Wkwkw! Santos langsung menyodorkan makanan ke depan muka saya, tanpa ba bi bu saya pun menyantapnya. Untuk urusan perut saya Santos memang mulai memahaminya.
Ternyata Fina bersama dengan seseorang yang saya kurang tahu siapa :D dan saya juga tidak mau terlalu mengkoreknya di sini :D sebab takutnya frontal jadi sesi ini di skip saja ya. :D
Kali ini beneran singkat cerita, :D. Pokoknya sampailah kami pada sebuah ruangan yang sudah ada Bunda Afifah Afra di sana. Sepertinya kami sudah ketinggalan cukup jauh, setelah menempatkan diri saya lantas memasang kuping denga seksama. Untuk urusan seperti ini saya tidak mau melewatkan satu detik pun, apa pun! Tapi saya sempat melongo, menyaksikan Afifah Afra di depan saya! Waw, penulis yang sudah saya idolakan sejaka SMA itu akhirnya hanya berjarak sekitar satu meter dari hadapan saya. Ah, bahagia sekali.
Karena sudah cukup ketinggalan saya putuskan untuk fokus. Rupanya ini bedah buku ‘The Star is Me’, buku terbaru dari Afifah Afra.
Ini bebrapa hal yang saya dapat dari Bedah Buku The Star is Me:
·         Sayangnya orang cerdas menurut asumsi kebanyakan masyarakat di Indonesia adalah orang yang hanya pandai matematika,fisika. Padahal kecerdasan itu memiliki banyak tipe. Dan semua orang sebenarnya cerdas,hanya saja dibidangnya masing-masing. Kadang,miris mendengar di sekolah2 jika siswa yang dianggap pandai hanya yang pandai matematika sedangkan yang tidak maka dianggap bodoh. Apa pernah ada anak pintar main bola lalu dikatakan cerdas? Atau misalnya ada 2 orang mahasiswa yang satu dengan bangga mengatakan jurusannya kedokteran, yang satunya dengan minder mengatakan jurusan tata boga. Lalu banyak yang bertanya 'kuliah tata boga?mau jadi apa?'. Padahal,bisa jadi kalau mahasiswa tata boga itu belajar dengan giat menciptakan resep2 keren,dan membuat restoran,dia bisa lebih kaya dari mahasiswa kedokteran itu nantinya. Peluang yang datang itu juga terkadang cobaan,kita harus benar-benar memastikan peluang itu sesuai atau tidak dengan potensi kita. Karena banyak orang yang salah memilih 'jalan' hanya karena dia tidak mengenali potensinya sendiri, akhirnya dia harus putar balik.
·         Kisah seekor anak kucing yang kehilangan induknya.
Suatu malam anak kucing yang kehilangan induknya melihat rembulan,indah sekali. Ia pun ingin menjadi seperti rembulan. Namun tiba-tiba datanglah awan yang seketika menutupi rembulan, anak kucing lantas kagum pada awan. Ia pun ingin menjadi seperti awan. Tapi mendadak awan lenyap dihempas oleh angin, anak kucing pun akhirnya ingin menjadi seperti angin. Akan tetapi, ternyata ada yang tetap kokoh meski dihempas angin kencang, yakni bukit. Anak kucing lantas ingin menjadi seperti bukit. Tidak lama kemudian terdengar gemuruh di atas bukit, rupanya ada sekumpukan kerbau yang menghentak-hentakkan kakinya. Anak kucing pun akhirnya berganti lagi ingin menjadi kerbau. Setelah diamati ternyata kerbau itu masih dalam ikatan sebuah tali,lalu ada seekor makhluk kecil menggerogoti tali itu hingga lepas dan kerbau-kerbau tadi bisa bebas, makhluk itu bernama tikus. Dan ketika anak kucing ingin menjadi seperti tikus rupanya tikus tadi dimakan oleh seekor hewan. Seekor hewan bernama kucing. .

Nilai moral:
Kadang,kita terlalu memandang tinggi orang-orang disekitar kita. Kita selalu menganggap mereka hebat sedang diri kita sendiri tidak. Padahal bisa jadi, kita justru bisa jauh lebih hebat dari mereka yang kita anggap hebat. The Star is Me :)
·         Setiap manusia diciptakan pasti karena suatu sebab. Manusia diciptakan untuk bertanggung jawab secara individu dan juga kolektif.
·         Kita pasti punya potesni. Manusia yang tidak normal sekalipun pastu juga memiliki sebuah keahlian, tapi pada bidang yang berbeda.
·         Otak manusi bisa menyimpan semua isi buk yang ada di perpustakaan di seluruh dunia. Dan sat ini, fungsi otak kita mungkin baru terpakai 5 % saja.
·         4 langkah menjadi bintang:
1.       Kenali siapa dirinya
2.       Memiliki peta diri
3.       Visioner
4.       Memiliki strategi hidup.

Mungkin itu beberapa hal penting yang bisa saya dapat pada Bedah Buku kali ini. Semoga bermanfaat, walaupun sedikit tapi semoga punya dampak yang berarti. :)
Jangan terlalu memandang tinggi orang lain, sebab bisa jadi Andalah bintangnya :) tapi jangan takabur dan over confident ya. Karena yang berlebihan itu kan memang selalu punya dampak negative. Intinya be your self.
Allah juga berfirman:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa':32).
Setelah acara selesai, saya sempet bete karena tidak berhasil mendapatkan buku The Star is Me. Nyesek sih tapi dapet ganti kartu nama Afifah Afra sama salaman udah lumayan ngobatin kekecewaan. :D Sebenarnya bertemu dengan Afifah Afra tanpa ada persiapan sebelumnya seperti ini sudah menjadi momen luar biasa, dan sulit untuk saya ungkapkan.
Ketika adzan Maghrib berkumandang saya sudah sampi di kosan Ipung. Usai menjalankan salat kami lantas bergegas. Sebelum Ipung mengantarkan saya ke kosan, kami mampir dulu beli martabak manis untuk oleh-oleh di kosan dan juga makan malam. Setelahnya kami terbang menuju kosan saya.
Sesampainya di kosan ternyata sudah ramee, ada Fina, Santos, Dewa, Risa, dan tentunya Vivi. Muka-muka kelaparan mereka terpampang nyata, dan saya yang sudah kenyang cuma bisa cekikikan. Ipung lantas saya minta masuk dan berkenalan dengan teman-teman saya. Beberapa menit kemudian Eka datang bergabung, sayang, Bundo Dwi tidak bisa datang.
Kami lantas menghabiskan malam dengan sekotak terang bulan. Bercengkrama tentang hal-hal yang sudah terjadi hari ini. Nikmat sekali, kebersamaan seperti ini janganlah cepat berlaluuu.
Kadang yang tanpa rencana dan tiba-tiba itu justru akan berbekas lama atau mungkin tidak akan hilang. Seperti kalau jatuh, pasti tiba-tiba kan, dan lukanya juga akan berbekas lama atau malah nggak akan ilang :D ya kayak gitu.

Prasetyani Estuning Asri



No comments:

Post a Comment